Kamis 25 Jul 2024 07:22 WIB

Mycotech Olah Limbah Jamur Jadi Kain Kulit yang Lebih Ramah Lingkungan

MYCL mampu menghasilkan 10 ribu kaki persegi kain kulit berbahan bakar jamur.

Rep: Lintar Satria / Red: Satria K Yudha
Jamur (ilustrasi). Mycotech Lab mengolah limbah jamur menjadi kain kulit.
Foto: VOA
Jamur (ilustrasi). Mycotech Lab mengolah limbah jamur menjadi kain kulit.

ESGNOW.ID,  BANDUNG -- Perusahaan rintisan asal Bandung, Mycotech Lab (MYCL) menciptakan kain kulit berbahan dasar jamur. Produk itu diciptakan sebagai salah satu upaya untuk mengatasi limbah jamur dan menciptakan produk yang lebih ramah lingkungan.

MYCL didirikan pada tahun 2015 dengan fokus untuk menciptakan dampak sosial yang positif. Wirausaha sosial ini menciptakan bahan bangunan dan produk dari bagian vegetatif seperti benang dari jamur yang dikenal sebagai miselium.

Berangkat dari kekhawatiran terhadap banyaknya limbah jamur tiram yang dibakar karena tak terpakai, MYCL memanfaatkan sisa limbah tersebut sehingga tidak ada sisa makanan yang terbuang. Dengan sistem pengolahan yang mirip dengan tempe, MYCL mengikat miselium dengan limbah pertanian seperti sekam jagung dan serpihan kayu, lalu menumbuhkannya menjadi bahan yang disebut MyleaTM. Bahan ini tahan api, tahan air dan fleksibel, bahkan dapat diubah menjadi berbagai kreasi kulit imitasi eksperimental. 

Chief Innovation Officer MYCL Mohamad Arekha Bentangan mengatakan saat ini MYCL mampu menghasilkan 10 ribu kaki persegi kain kulit berbahan bakar jamur. "Kalau kulit sapi itu menghasilkan karbon 110 kilogram CO2 ekuivalen per meter persegi karena harus menunggu sapinya dari kecil sampai besar," kata Arekha, Rabu (24/7/2024).

Sementara, katanya, karbon yang dihasilkan dari pengelolahan Mylea jauh lebih rendah. Atas alasan itu, MYCL menumbuhkan jamur yang prosesnya lebih cepat. "Kalau kulit sapi butuh waktu dua tahun kami hanya sekitar tiga sampai empat bulan," katanya.

Karbon yang dihasilkan lewat pengolahan Mylea hanya 22,1 CO2 ekuivalen per meter persegi. Arekha mengatakan bila MYCL dapat meningkatkan produksi Mylea maka diperkirakan karbon yang dihasilkan dapat -3 CO2 ekuivalen.

Upaya MYCL memproduksi bahan baku rendah karbon didukung Bank DBS Indonesia. Pada tahun 2016, Bank DBS Indonesia melalui DBS Foundation memberikan dana hibah kepada MYCL melalui program DBS Foundation Social Enterprise (SE) Grant. Dana tersebut mendukung pengembangan prototipe bio-material berkelanjutan rancangan MYCL.

Sejak diluncurkan pada tahun 2014, DBS Foundation telah berkontribusi pada pertumbuhan lebih dari 800 bisnis yang memberikan dampak di Asia termasuk Indonesia. Sekitar 100 wirausaha sosial telah mendapatkan dana hibah melalui DBS Foundation Business for Impact Grant Award yang diselenggarakan setiap tahun.

DBS Foundation Business for Impact Grant Award menjadi bagian penting dalam menemukan dan memberdayakan para wirausaha yang memiliki potensi walaupun tingkat kegagalan perusahaan perintis atau start-up cukup tinggi, yakni di atas 90 persen. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement