Selasa 22 Jul 2025 18:24 WIB

Kemenperin Susun Peta Jalan Dekarbonisasi Sembilan Sektor Industri

Kemenperin menargetkan pencapaian karbon netral di sektor industri pada 2050.

Red: Satria K Yudha
Pekerja mengoperasikan alat berat untuk memindahkan karung pupuk urea bersubsidi di pabrik pengantongan PT Pusri di Palembang, Sumatra Selatan, Minggu (24/12/2023).
Foto: ANTARA FOTO/NOVA WAHYUDI
Pekerja mengoperasikan alat berat untuk memindahkan karung pupuk urea bersubsidi di pabrik pengantongan PT Pusri di Palembang, Sumatra Selatan, Minggu (24/12/2023).

ESGNOW.ID,  JAKARTA — Kementerian Perindustrian (Kemenperin) sedang menyusun peta jalan dekarbonisasi untuk sembilan sektor industri prioritas sebagai bagian dari upaya mempercepat transisi menuju industri rendah karbon. Langkah ini menjadi bagian dari kontribusi sektor industri dalam mencapai target Net Zero Emission (NZE).

Sembilan sektor tersebut meliputi industri semen, pupuk, logam, pulp dan kertas, tekstil, kimia, otomotif, makanan dan minuman, serta kaca dan keramik.

Baca Juga

“Sebagai bagian dari upaya nasional menuju NZE, Kemenperin telah menetapkan sembilan sektor industri prioritas yang menjadi fokus percepatan dekarbonisasi. Ini menunjukkan keseriusan pemerintah dalam mentransformasi sektor industri menjadi lebih hijau dan berkelanjutan,” kata Kepala Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI) Kemenperin Andi Rizaldi dalam forum AIGIS Goes to Campus di Universitas Bina Nusantara, Jakarta, Selasa (22/7).

Menurut Andi, peta jalan tersebut akan mencakup panduan teknis, kebijakan pendukung, kebutuhan teknologi dan pembiayaan, serta skema kolaborasi lintas sektor. Kemenperin menargetkan pencapaian karbon netral di sektor industri pada 2050, atau lebih cepat 10 tahun dari target nasional.

“Ini artinya, kami harus siapkan arah atau roadmap agar industri nasional bisa cepat bertransformasi ke arah produksi yang rendah emisi dan ramah lingkungan dalam 25 tahun ke depan,” ujarnya.

Andi menambahkan, penyusunan peta jalan dilakukan secara partisipatif bersama asosiasi industri, pelaku usaha, akademisi, dan lembaga internasional, untuk memastikan strategi yang disusun realistis dan berdampak nyata.

Kerja sama dengan perguruan tinggi juga dinilai krusial dalam mendorong inovasi. “Kami percaya Universitas Binus juga memiliki potensi besar sebagai pelopor inovasi serta inkubator bagi green innovators masa depan,” ucap Andi.

Forum AIGIS Goes to Campus mengangkat tema Technology and Creative Solution for Greener Future. Acara ini merupakan bagian dari rangkaian menuju The 2nd AIGIS 2025 yang akan digelar pada Agustus 2025 di Jakarta International Convention Center (JICC).

Kemenperin menyebut kegiatan ini sebagai bentuk kemitraan aktif dengan perguruan tinggi untuk memperkuat literasi generasi muda terkait industri hijau. Sebelumnya, forum serupa telah digelar di Universitas Indonesia, Universitas Padjadjaran, dan Universitas Trisakti.

“Kampus adalah inkubator gagasan masa depan. Generasi muda memiliki peran strategis sebagai katalis transformasi industri hijau, termasuk melalui riset, teknologi, kebijakan kampus, dan gerakan sosial,” ujar Andi.

AIGIS merupakan platform strategis Kemenperin untuk mendorong transisi industri hijau melalui pendekatan kebijakan, teknologi, kolaborasi lintas sektor, dan partisipasi publik.

Pada AIGIS 2025 mendatang, Kemenperin juga akan meluncurkan Green Industry Service Company (GISCO) sebagai agregator untuk menjembatani kebutuhan industri dengan akses terhadap teknologi rendah karbon dan pembiayaan hijau.

“Dengan GISCO, kita akan mempercepat transformasi industri menuju dekarbonisasi yang lebih masif dan efektif, terutama bagi sektor manufaktur yang menjadi tulang punggung industri dalam negeri,” kata Andi.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement