ESGNOW.ID, JAKARTA -- Untuk memperingati Hari Pohon Sedunia sekaligus menyambut milad ke-6 BPKH pada 12 Desember mendatang, Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) ikut berkontribusi dalam pelestarian lingkungan dengan melakukan penanaman pohon mangrove di kawasan ekowisata mangrove PIK. Pohon Mangrove dipilih karena memiliki berbagai manfaat.
Multi-fungsi ekosistem mangrove, membuat keberadaannya sangat penting sebagai tempat berkembang biak dan pemijahan biota laut, penyediaan makanan, kayu, bahan bakar, dan obat-obatan. Mangrove juga memainkan peran penting dalam mengurangi dampak perubahan iklim seperti mengurangi risiko gelombang dan cuaca ekstrim, melindungi pantai dari abrasi/erosi pantai, menghambat intrusi air laut dan menjaga kualitas air dari ancaman polusi.
“Aksi penanaman ratusan mangrove ini, menegaskan komitmen BPKH dalam menjaga dan memelihara lingkungan. Sekaligus menanam harapan agar dunia menjadi lebih baik dan lebih sehat bagi generasi penerus kita nanti,” ujar Kepala Badan Pelaksana BPKH Fadlul Imansyah, saat mencanangkan aksi penanaman mangrove, mengutip keterangan tertulis, Senin (4/12/2023).
Pada tahap pertama, ada 300 pohon mangrove yang ditanam di kawasan ekowisata PIK. "Kedepannya diharapkan bisa terus dilakukan secara kontinyu," ujar Fadlul.
Fadlul menambahkan, program penanaman mangrove ini bertujuan meningkatkan pertisipasi dan kesadaran masyarakat untuk menjaga serta melestarikan hutan mangrove. Meningkatkan pengetahuan dan penerapan kearifan lokal tentang konservasi hutan mangrove.
Perbaikan ekosistem wilayah pesisir secara terpadu dan berbasis Masyarakat, sekaligus syi'ar program Kemaslahatan BPKH sebagai upaya menjaga alam dan melestarikan lingkungan.
"Program Kemaslahatan BPKH salah satunya adalah berkontribusi melakukan penghijauan. Kalau kita lihat saat ini misi yang semarak di global adalah mengenai perubahan iklim, jadi kita berharap gerakan ini dapat menjadi bagian dari inisiasi BPKH untuk menormalisasi lingkungan," kata Fadlul.
Hal ini sejalan dengan kebijakan pemerintah membangun Green Economy, terutama di aspek lingkungan.
“Ke depan, semua kegiatan sosial BPKH akan lebih mengedepankan aspek lingkungan. Tak hanya green economy tapi juga konsep keberlanjutan sebagaimana dituangkan dalam program SDGs,” kata Fadlul.
Anggota Badan Pelaksana BPKH Amri Yusuf mengatakan, lewat gerakan ini BPKH berharap dapat membantu memperbaiki ekosistem mangrove yang mulai mengalami penyusutan.
"Berdasarkan data badan restorasi mangrove dan gambut tahun 2022, luas hutan mangrove di Indonesia yang mencapai 4.120.263 hektare sudah banyak mengalami kerusakan yang signifikan. Tercatat 700.000 hektare di antaranya telah mengalami deforestasi," kata Amri.
Program penanaman ratusan pohon mangrove bersama BPKH merupakan upaya yang konkret untuk memberi manfaat jangka panjang untuk menjaga ekosistem alam agar tetap seimbang, sekaligus menjaga pantai dari abrasi air laut.
Indonesia, sebut Amri, merupakan pemilik 23 persen atau 3,36 juta hektar dari luas total mangrove dunia. Indonesia memiliki 43 jenis mangrove tropis atau mewakili 80 persen dari mangrove tropis dunia. Oleh karena itu, Indonesia memiliki keanekaragaman spesies mangrove tertinggi di dunia di mana penyebaran terbesar adalah di wilayah pesisir Sumatera, Kalimantan, Papua dan Jawa.
"Dibutuhkan peran serta seluruh stakeholder, termasuk BPKH, untuk berkontribusi dalam rehabilitasi dan pelestarian hutan mangrove Indonesia. Pelibatan masyarakat begitu penting dalam keberhasilan program rehabilitasi mangrove, karena masyarakat khususnya di pesisir pantai sangat memahami habitat mangrove yang selama ini dijadikan pendapatan dan penghidupan mereka," katanya.
Anggota Dewan Pengawas BPKH, Rojikin menambahkan, selain berkonsentrasi pada pengelolaan dana haji BPKH juga diberikan amanat untuk mengelola Dana Abadi Umat (DAU), dan nilai manfaat Dana Abadi Umat (DAU) tersebut digunakan untuk kemsalahatan umat, BPKH ikut memberi perhatian pada kelestarian lingkungan.
"Karena sebaik-baiknya manusia ialah mereka yang juga peduli terhadap lingkungan," katanya.