ESGNOW.ID, YOGYAKARTA — Pemda DIY melakukan uji coba bus listrik sebagai langkah awal menuju penggunaan transportasi berbasis low emission (emisi rendah) di kawasan Sumbu Filosofi, Yogyakarta. Ada dua bus listrik yang diujicobakan pada Jumat (22/11/2024).
Uji coba dilakukan dengan rute dari depan Pendopo Wiyoto Praja, Kompleks Kepatihan, kemudian melewati Jalan Mataram, dan menuju ke kawasan Malioboro. Uji coba bus listrik ini melibatkan penilaian dari berbagai pihak terkait keamanan, kenyamanan, dan usia kendaraan.
Sekda DIY Beny Suharsono mengatakan, bus listrik ini akan menjadi bagian dari upaya untuk menurunkan polusi udara di kawasan Sumbu Filosofi yang juga ditetapkan sebagai warisan dunia.
Beny mengatakan, jika evaluasi berjalan dengan baik dan hasilnya memuaskan, maka bus listrik akan digunakan secara bertahap. Selain itu, penggunaan energi listrik diharapkan dapat mendorong perubahan menuju transportasi yang lebih ramah lingkungan.
“Evaluasi ini sangat penting karena kita akan melihat semua aspek, termasuk seberapa efektif bus listrik ini dalam operasionalnya,” ujar Beny.
Dua bus listrik yang diuji cobakan memiliki kecepatan terbatas maksimal 60 kilometer per jam. Untuk itu, ia menekankan masyarakat harus siap dengan perubahan pola pikir terkait kecepatan kendaraan yang lebih rendah.
Menurut Beny, ini merupakan bagian dari desain kendaraan yang mengutamakan emisi rendah, dan efisiensi energi. “Karena menggunakan energi listrik, bus ini tidak bisa melaju lebih cepat dari 60 kilometer per jam. Evaluasi terhadap efektivitas dan daya tahan mesin juga menjadi hal penting dalam tahap ini,” jelasnya.
Terkait dengan rute operasional, saat ini belum ditentukan. Sebab, rencana evaluasi akan dilakukan menyeluruh untuk menentukan rute yang paling tepat, dengan mempertimbangkan faktor pengurangan emisi, serta dampaknya terhadap kawasan Sumbu Filosofi.
“Nanti setelah evaluasi, rutenya akan ditetapkan. Yang jelas, kita akan melewati Sumbu Filosofi dari utara ke selatan, hingga ke daerah Krapyak,” ungkap Beny.
Plt Kepala Dinas Perhubungan DIY, Wiyos Santoso mengatakan, biaya pengadaan bus listrik tersebut berasal dari dukungan dana keistimewaan (danais) DIY, dengan total biaya untuk dua unit bus listrik beserta infrastrukturnya mencapai sekitar Rp 7-8 miliar.
“Harga untuk dua unit bus listrik kemarin sekitar 7 milyar 400 juta rupiah, yang sudah termasuk charger-nya,” kata Wiyos.
Wiyos menyebut, untuk pengadaan charger bus listrik ini terpisah, dan telah dibangun di area parkir Maguwoharjo yang saat ini sudah selesai dengan anggaran tersendiri.
Untuk mendukung operasional bus listrik, biaya untuk pengadaan listrik dan trafo diperkirakan sekitar Rp 1 miliar. Wiyos menyebut, meski biaya ini cukup besar, ke depannya jika jumlah unit bus listrik bertambah, tidak akan ada tambahan biaya untuk charger karena sudah dilakukan pengadaan.
“Untuk dua unit ini, biayanya sudah mencakup semuanya, termasuk charger. Nanti, jika ditambah SPKLU-nya, tidak ada biaya tambahan,” jelas Wiyos.
Dengan bus listrik ini, diharapkan emisi udara di kawasan Sumbu Filosofi dapat dikurangi secara signifikan. Bus listrik ini direncanakan akan beroperasi di area Malioboro, yang mana menjadi pusat perhatian bagi pariwisata, dan merupakan salah satu kawasan yang ditetapkan sebagai warisan dunia.
“Harapannya, dengan menggunakan bus listrik, kita bisa menurunkan emisi di Sumbu Filosofi dan semua bus yang beroperasi di Malioboro akan bebas emisi,” ungkap Wiyos.
Bus listrik ini dapat menempuh jarak antara 250 hingga 300 kilometer untuk sekali pengisian daya. Rutenya akan dievaluasi lebih lanjut untuk memastikan pengisian daya tidak mempengaruhi waktu operasional.
“Kami akan evaluasi rutenya, karena pengisian daya untuk satu bus membutuhkan waktu sekitar dua hingga tiga jam. Jadi, kita akan sesuaikan agar tidak ada keterlambatan,” ujarnya.