ESGNOW.ID, JAKARTA -- Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) meminta masyarakat kawasan pesisir untuk melalukan segenap upaya antisipasi atas potensi hujan ekstrem atau sangat deras akibat fenomena La nina lemah, yang juga mampu meningkatkan volume banjir pesisir (rob), termasuk di Jakarta. Kepala Pusat Meteorologi Maritim BMKG Eko Prasetyo mengatakan bahwa volume banjir rob di kawasan pesisir itu akan meningkat ketika hujan deras terjadi berbarengan dengan fase pasang maksimum air laut.
"Intensitas curah hujan dampaknya untuk daerah pesisir adalah ketika terjadi berbarengan dengan fase pasang maksimum. Volume bertambah ketika terjadi pasang maksimum," katanya, Kamis (30/1/2025).
Eko mengungkapkan bahwa peningkatan curah hujan itu tidak ada kaitannya dengan tinggi gelombang air laut sehingga aktivitas pelayaran kapal nelayan atau transportasi laut cenderung masih kondusif. Namun, potensi banjir rob akan berdampak pada aktivitas masyarakat di pesisir secara umum, aktivitas tambak garam dan perikanan darat, serta berdampak untuk aktivitas seperti bongkar muat di pelabuhan.
BMKG sebelumnya mendeteksi keberadaan fenomena atmosfer seperti Maden Julian Oscilliation (MJO) di Samudera Hindia mengarah ke wilayah Indonesia yang secara umum saat ini dalam periode puncak musim hujan bersamaan dengan fenomena La nina lemah. Adapun kondisi tersebut dilaporkan oleh BMKG berpotensi membawa hujan ekstrem atau sangat deras lebih dari 50 mm per jam pada medio 28 Januari sampai dengan dasarian pertama bulan Februari, khususnya di wilayah Jakarta, Jawa Barat, dan Sumatra Barat.
Sementara di saat yang bersamaan, tim maritim BMKG juga mendeteksi adanya fenomena Bulan baru dan Perigee (jarak terdekat bulan ke bumi) pada 29 Januari-2 Februari yang berpotensi meningkatkan ketinggian air laut maksimum-banjir rob di sejumlah daerah di Indonesia. Selama periode tersebut, banjir rob berpotensi menyasar wilayah Pesisir Sumatera Utara (Medan Belawan, Medan Labuhan, Medan Merelan), Kepulauan Riau (Batam, Dabo Singkep, Karimun, Bintan), Sumatera Barat (Padang Pariaman, Padang, Painan).
Kemudian, Jambi (Selat Berhala), Kepulauan Bangka Belitung (Pangkal Pinang, Mentok), Lampung (Bandarlampung), Banten (utara Tanggerang, utara Serang, Selat Sunda Pandeglang, selatan Pandeglang, selatan Lebak). Selain itu, pesisir Jakarta (mayoritas daerah pesisir utara Jakarta), Jawa Tengah (selatan Sukabumi dan Cianjur, Cilacap, Kebumen, Purworejo, Semarang, Demak, Pekalongan, Brebes, Tegal, Pemalang), D.I. Yogyakarta (Yogyakarta), Jawa Timur (Surabaya pelabuhan, Surabaya timur).
Fenomena itu juga berpotensi terjadi di Nusa Tenggara Barat (Lombok dan pesisir Bima), Kalimantan Timur (Balikpapan timur dan barat), Kalimantan Selatan (Barito, Kotabumbu, Tanah Baru, Tanah Laut), Kalimantan Tengah (Kotawaringin, Kotawaringin Barat), Kalimantan Barat (pesisir Kalimantan Barat), Maluku (Maluku Tengah, Saumlaki, Kepulauan Kai, Aru, Seram bagian timur, Ambon), Maluku Utara (Loloda, Morotai, Tobelo, Ternate, Taliabu).
BMKG menyarankan kepada masyarakat khsusunya yang beraktivitas di kawasan pesisir atapun lereng perbukitan untuk terus mengikuti perkembangan cuaca harian yang dilaporkan tim prakirawan cuaca BMKG setiap tiga jam sekali, dan mematuhi petunjuk penanggulangan dampak bencana oleh petugas dari instansi pemerintah terkait di daerah masing-masing.