Jumat 11 Jul 2025 19:02 WIB

BMKG: Waspada Cuaca Ekstrem Sepekan ke Depan

Masyarakat harus meningkatkan kewaspadaan.

Rep: Lintar Satria/ Red: Satria K Yudha
Warga mengamati lokasi jalan yang ambles di Kawasan Batu Tulis, Kota Bogor, Jawa Barat, Selasa (4/3/2025).
Foto: Republika/Prayogi
Warga mengamati lokasi jalan yang ambles di Kawasan Batu Tulis, Kota Bogor, Jawa Barat, Selasa (4/3/2025).

ESGNOW.ID,  JAKARTA — Musim kemarau belum sepenuhnya mendominasi wilayah Indonesia. Hingga akhir Juni 2025, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat baru sekitar 30 persen zona musim yang secara klimatologis masuk kemarau, sementara potensi hujan masih tinggi di banyak wilayah dalam sepekan ke depan.

Dalam prospek cuaca mingguan periode 11–17 Juli 2025, BMKG menyebut cuaca ekstrem masih mungkin terjadi. Meskipun fenomena atmosfer global seperti El Niño–Southern Oscillation (ENSO) dan Indian Ocean Dipole (IOD) berada dalam kondisi netral, sejumlah faktor lokal dan regional seperti gelombang ekuatorial, konvergensi angin, dan sirkulasi siklonik berperan dalam pembentukan awan hujan.

Baca Juga

BMKG mencatat hujan lebat hingga sangat lebat telah terjadi di beberapa daerah dalam beberapa hari terakhir. Pada 9 Juli, curah hujan harian mencapai 57,6 mm di Nabire, Papua, dan 52,5 mm di Kalimantan Barat. Sehari sebelumnya, hujan ekstrem juga tercatat di Papua Barat (88,9 mm), Sumatera Utara (76,8 mm), Sumatera Barat (74,0 mm), Maluku (62,3 mm), dan Papua (55,4 mm).

Kondisi ini telah menimbulkan dampak hidrometeorologis seperti banjir, tanah longsor, genangan air, pohon tumbang, hingga kerusakan infrastruktur di sejumlah wilayah.

BMKG memperkirakan potensi cuaca ekstrem akan berlanjut dalam sepekan. Gelombang Equatorial Rossby diperkirakan aktif di Sumatera, Jawa Timur, Bali, NTB, dan NTT. Sementara Gelombang Kelvin akan memengaruhi wilayah Sulawesi bagian utara, NTB, NTT, dan Papua bagian selatan.

Potensi terbentuknya sirkulasi siklonik di timur Filipina dan barat Bengkulu juga disebut dapat memperkuat zona konvergensi dan meningkatkan intensitas hujan.

Di sisi lain, kecepatan angin permukaan diprediksi bisa melebihi 25 knot di beberapa wilayah perairan seperti Laut Natuna Utara, Laut Arafuru, Laut Timor, dan Samudra Hindia barat daya Banten. Kondisi ini berisiko memicu gelombang tinggi.

Cuaca berawan hingga hujan ringan diperkirakan berlangsung pada 11–13 Juli, namun hujan sedang diprediksi terjadi di berbagai wilayah seperti Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua. BMKG juga mengeluarkan peringatan dini untuk hujan lebat di Aceh dan Papua Selatan, serta angin kencang di sejumlah wilayah selatan Indonesia.

Pada 14–17 Juli, hujan sedang hingga lebat masih berpotensi terjadi, terutama di wilayah barat dan timur Indonesia. Status siaga dikeluarkan untuk Sumatera Selatan, Kepulauan Bangka Belitung, Maluku, dan Papua Pegunungan. Wilayah pesisir barat dan selatan, termasuk Bengkulu, Lampung, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua juga diperkirakan terdampak angin kencang.

BMKG mengimbau masyarakat dan pemerintah daerah untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap risiko cuaca ekstrem, terutama hujan lebat, angin kencang, petir, dan gelombang tinggi, meski sebagian wilayah mulai memasuki musim kemarau.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement