ESGNOW.ID, BRUSSELS -- Badan Lingkungan Eropa (EEA) mencatat kerugian yang ditimbulkan cuaca ekstrem dan peristiwa terkait iklim dari 1980 sampai 2023. Dalam laporannya terbarunya EEA mengatakan sepanjang periode itu cuaca ekstrem telah merugikan Eropa sebesar 790 miliar euro.
Dikutip dari Euronews, Ahad (7/6/2025) dalam laporan itu Jerman menjadi negara dengan kerugian terbesar, dengan total kerugian mencapai 180 miliar euro. Diikuti Italia dengan 135 miliar euro, Prancis 130 miliar euro, dan Spanyol yang menderita kerugian sebesar 97 miliar euro.

Namun kini banyak negara-negara lebih kecil yang juga mengalami kerugian besar akibat cuaca ekstrem. Jerman, Italia, Prancis dan Spanyol diikuti enam negara Eropa yang lebih kecil yakni Austria, Belgia, Ceko, Portugal, Romania dan Slovenia yang mengalami kerugian antara 12 sampai 15 miliar euro.
Badan perubahan iklim PBB (IPCCC) memprediksi cuaca ekstrem di seluruh dunia akan semakin sering dan intensif seiring pertumbuhan pemanasan global. Banjir dan gelombang panas menjadi kontributor utama kerugian ekonomi di seluruh Eropa.
Walaupun dampak cuaca ekstrem terlihat cukup besar bagi negara-negara kaya dan maju. Tapi kerugian ekonomi akibat cuaca ekstrem lebih berdampak bagi negara-negara kecil dan berkembang.
Negara-negara kaya dapat mengalokasi anggarannya yang besar untuk pemulihan dan mempersiapkan diri untuk menghadapi cuaca ekstrem berikutnya untuk menurunkan kerugian ekonomi. Sementara negara-negara kecil dan berkembang kesulitan untuk mendanai pemulihan usai bencana dan upaya mitigasi.
Kerugian negara-negara Eropa barat dan tengah seperti Slovenia, Belgia dan Jerman akibat cuaca ekstrem lebih besar per kilometer persgi. Sementara kerugian negara-negara Eropa timur dan utara seperti Finlandia dan Estonia lebih rendah.