Rabu 26 Feb 2025 14:50 WIB

Transaksi Perdagangan Karbon Internasional Masih Minim

Terdapat tujuh proyek yang terdaftar pada Bursa Karbon Indonesia.

Red: Satria K Yudha
Layar menampilkan informasi pergerakan perdagangan karbon internasional pada awal pembukaan di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (20/1/2025).
Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Ramdan
Layar menampilkan informasi pergerakan perdagangan karbon internasional pada awal pembukaan di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (20/1/2025).

ESGNOW.ID,  JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat volume transaksi perdagangan karbon internasional pada Bursa Karbon Indonesia (Indonesia Carbon Exchange/IDX Carbon) mencapai 49.545 ton CO2 ekuivalen (tCO2e) per 24 Februari 2025.

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi menyatakan, sejak perdagangan karbon internasional diluncurkan pada 20 Januari 2025, jumlah unit karbon yang telah diotorisasi untuk perdagangan internasional tercatat sejumlah 1,78 juta unit.

Baca Juga

"Tapi, yang diperdagangkan masih cukup minim, yaitu saat ini 49.545 ton CO2 ekuivalen dan juga yang untuk renewable energy (energi terbarukan) itu 270 ton CO2 ekuivalen," ucapnya di Jakarta, Rabu (26/2/2025)

Sementara itu, sejak IDX Carbon diluncurkan pada 26 September 2023, ia mengatakan total volume transaksi karbon yang diperdagangkan telah mencapai Rp 76,56 miliar.

"Per 24 Februari 2025, total volume transaksi yang diperdagangkan itu telah mencapai 1.55.326 ton CO2 ekuivalen (tCO2e) atau senilai Rp 76,56 miliar," katanya.

Inarno menyatakan, pencapaian tersebut seiring dengan peningkatan jumlah pengguna jasa dan unit karbon yang dapat diperdagangkan di Bursa Karbon Indonesia. Saat ini, pengguna jasa IDX Carbon mencapai 107 pengguna dengan jumlah unit karbon yang dapat diperdagangkan mencapai 2,24 juta ton dan jumlah retirement yang diajukan mencapai 936 ribu tCO2e.

Ia menuturkan kini terdapat tujuh proyek yang terdaftar pada Bursa Karbon Indonesia, yakni satu proyek dari PT Pertamina Geotermal Energi dan proyek lainnya berasal dari PLN Group.

"Proyek yang ada merupakan kategori technology-based solution (solusi berbasis teknologi) dan berasal dari sektor energi," ujar Inarno.

Ia mengatakan masih terdapat peluang dan potensi besar bagi Indonesia untuk menjadi pemimpin dalam pengembangan pasar karbon di kawasan Asia Tenggara maupun pada tingkat global.

Potensi tersebut didukung kekayaan sumber daya alam, pengembangan regulasi, serta komitmen kuat pemerintah terhadap pencapaian net zero emission.

"Dengan penguatan ekosistem perdagangan karbon melalui pengembangan infrastruktur seperti IDX Carbon serta posisi strategis dalam dinamika pasar karbon, Indonesia dapat memiliki peran kunci dalam integrasi pasar karbon di tingkat regional maupun global," kata Inarno.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement