ESGNOW.ID, JAKARTA -- Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Iman Rachman menyampaikan, capaian transaksi perdagangan Bursa Karbon Indonesia atau IDXCarbon lebih tinggi dibandingkan bursa- bursa karbon di negara lain. Ia menyebut, capaian transaksi perdagangan IDXCarbon mencapai dua kali lipat dibandingkan bursa karbon di Jepang, juga yang ada di Thailand dan Vietnam.
“Kalau kita bandingkan dengan bursa karbon di Jepang, transaksi kita dua kali lipat dibandingkan dengan bursa Jepang. Serta (dengan) negara-negara lain yang baru saja merancang bursa karbonnya, seperti Thailand dan Vietnam,” ujar Iman di Main Hall BEI, Jakarta, Selasa (22/4/2025).
Menurutnya, IDXCarbon memiliki ketertarikan, yang mana telah mendapatkan permintaan (demand) dari pemilik-pemilik proyek di luar negeri yang ingin mendaftarkan dalam memperdagangkan karbon kreditnya di Indonesia.
“Fokus kami saat ini adalah membuka perdagangan unit karbon Indonesia kepada audiens internasional selebar-lebarnya,” ujarnya.
Sejak diluncurkan pada 26 September 2023, Iman mengungkapkan nilai transaksi IDXCarbon mencapai Rp 77,91 miliar dengan volume transaksi mencapai 1.598.703 tCO2e (ton ekuivalen) unit karbon hingga 17 April 2025.
Capaian itu melebihi volume transaksi perdagangan karbon sepanjang tahun 2024 yang sebesar 413.764 tCO2e, serta sepanjang tahun 2023 yang sebesar 494.254 tCO2e. Sampai 17 April 2025, pengguna jasa IDXCarbon telah meningkat 587 persen menjadi sebanyak 111 pengguna jasa dibandingkan saat peluncuran sebanyak 16 partisipan.
Sampai saat ini, telah terdapat tujuh proyek pengurangan emisi berbasis teknologi yang diperjualbelikan, dengan jumlah available to be traded sebanyak 2.203.119 tCO2e.
Pada 20 Januari 2025, Kementerian Lingkungan Hidup/Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Republik Indonesia (KLH/BPLH), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan BEI telah meresmikan Perdagangan Internasional Perdana Unit Karbon Indonesia melalui IDXCarbon.