Selasa 29 Apr 2025 14:05 WIB

Amran dan Mentan Jepang Bahas Kolaborasi Hadapi Tantangan Iklim Sektor Pertanian

Perubahan iklim menurunkan produktivitas pertanian.

Rep: Frederikus Bata/ Red: Satria K Yudha
Petani membersihkan gulma di sekitar tanaman padi yang mengering akibat kemarau di persawahan Sejinjang, Jambi, Selasa (20/8/2024).
Foto: ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan
Petani membersihkan gulma di sekitar tanaman padi yang mengering akibat kemarau di persawahan Sejinjang, Jambi, Selasa (20/8/2024).

ESGNOW.ID,  JAKARTA — Menteri Pertanian (Mentan) RI Andi Amran Sulaiman menerima kunjungan Menteri Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Jepang, Taku Eto, di Kantor Kementerian Pertanian, Jakarta, Selasa (29/4/2025). Dalam pertemuan itu, kedua negara membahas potensi kerja sama untuk mengantisipasi dampak perubahan iklim terhadap sektor pertanian.

Amran mengatakan, perubahan iklim dan pemanasan global yang menyebabkan suhu ekstrem telah menurunkan produktivitas pertanian di banyak negara, termasuk Indonesia. “Kami sampaikan bahwa kita perlu berkolaborasi menghadapi kondisi ini, karena tantangan iklim ke depan hampir pasti semakin besar,” kata Amran dalam konferensi pers usai pertemuan.

Baca Juga

Ia menyebut sejumlah negara seperti Jepang, Filipina, dan Malaysia juga terdampak perubahan iklim. Meski demikian, Amran menilai Indonesia masih mampu memitigasi risiko berkat pengalaman dan kondisi alam yang relatif mendukung. “Alam Indonesia sangat subur, sumber airnya cukup. Ini modal penting. Tinggal membentuk klaster pertanian modern untuk mengurangi risiko kekurangan pangan,” ujarnya.

Amran mengusulkan agar pengembangan klaster pertanian modern bisa dilakukan melalui kerja sama dengan Jepang. Tujuannya, memperkuat ketahanan pangan menghadapi ketidakpastian iklim global.

Saat ditanya apakah Jepang mengajukan permintaan impor beras dari Indonesia, Amran tidak memberikan jawaban tegas. Ia menegaskan prioritas saat ini adalah menjaga stok pangan nasional.

“Yang utama, kita perkuat stok cadangan beras pemerintah (CBP) terlebih dahulu,” katanya.

Sebelumnya, Presiden Prabowo Subianto memberi arahan bahwa ekspor beras dimungkinkan bila stok mencukupi, seiring surplus produksi dalam negeri. Amran mencatat, serapan gabah yang setara hampir satu juta ton beras dalam sebulan, angka yang menurutnya belum pernah terjadi dalam dua atau tiga dekade terakhir.

“Kami tidak berbeda dengan arahan Presiden. Tapi keputusan ekspor harus didasari hitungan yang rinci, demi memastikan cadangan pangan tetap aman menghadapi kemarau panjang dan dampak perubahan iklim,” ujar Amran.

Terkait kerja sama teknis dengan Jepang, Amran mengatakan pembahasan akan berlanjut untuk merinci bidang-bidang potensial yang bisa dikembangkan, khususnya dalam upaya mitigasi risiko iklim terhadap pertanian.

 

 

Yuk gabung diskusi sepak bola di sini ...
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement
Advertisement
Advertisement