ESGNOW.ID, JAKARTA — PT PLN (Persero) menargetkan peningkatan bauran energi baru terbarukan (EBT) menjadi 34,3 persen pada 2034 melalui implementasi Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025–2034. Angka ini melampaui target Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN) yang menetapkan bauran EBT hanya 29,4 persen di tahun yang sama.
“Bauran energi baru terbarukan di tahun 2034 akan naik menjadi 34 persen. Ini melebihi ekspektasi di RUKN (Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional),” kata Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo dalam acara Diseminasi RUKN dan RUPTL di Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan, Jakarta, Senin (2/6/2025).
Dalam presentasinya, Darmawan menjelaskan, peta jalan pengembangan EBT dalam RUPTL secara bertahap akan melampaui skenario RUKN. Peningkatan bauran EBT dimulai dari 15,9 persen pada 2025, lalu naik secara progresif menjadi 16,4 persen pada 2026, 17,3 persen pada 2027, dan mencapai 21 persen pada 2030.
Lonjakan signifikan mulai terjadi pada 2031, saat bauran EBT melonjak menjadi 26,1 persen atau lebih tinggi 2,2 persen dari target RUKN tahun yang sama.
Tren kenaikan berlanjut dengan 29 persen pada 2032, 32,5 persen pada 2033, dan puncaknya 34,3 persen di 2034.
“Ini adalah peta jalan dan batu lompatan untuk mewujudkan net zero emission pada 2060 dan dengan adanya RUPTL ini, tentu saja kami semakin percaya diri visi-misi mulia itu insya Allah akan tercapai,” ujar Darmawan.
Ia menegaskan bahwa percepatan EBT merupakan bagian dari strategi nasional untuk mengurangi ketergantungan terhadap energi fosil, terutama batu bara. Pemerintah berharap percepatan ini menjadi tonggak penting dalam perjalanan menuju transisi energi yang berkelanjutan.
“Batu lompatannya jelas, peta jalannya jelas, arahnya jelas, dan insya Allah dimudahkan agar ini bisa tercapai,” tambah Darmawan.
Dalam RUPTL 2025–2034, PLN menargetkan penambahan total kapasitas pembangkit sebesar 69,5 gigawatt (GW). Dari jumlah tersebut, 42,6 GW atau 61 persen berasal dari energi terbarukan.
Sementara itu, 10,3 GW (15 persen) berupa sistem penyimpanan energi (storage), dan 16,6 GW (24 persen) berasal dari pembangkit berbasis energi fosil, terdiri atas 10,3 GW dari gas dan 6,3 GW dari batu bara.