ESGNOW.ID, JAKARTA -- Para peneliti dari University of Birmingham (UOB) Inggris, telah mengumumkan sebuah pendekatan baru untuk mendaur ulang katoda baterai pada baterai mobil listrik yang telah habis masa pakainya. Menurut universitas, katoda di dalam baterai kendaraan listrik memiliki nilai ekonomi tinggi.
UOB mengatakan bahwa metode ini tidak terlalu boros energi dan menggunakan lebih sedikit bahan kimia berbahaya dibandingkan metode daur ulang yang ada saat ini. Metode baru ini menggunakan asam organik seperti asam askorbat (Vitamin C) sebagai Leaching Agent, dan telah diuji coba pada bahan katoda dari sel baterai Nissan Leaf generasi pertama yang telah digunakan untuk berkendara sejauh 64.373 kilometer.
Tim peneliti memilih baterai dari Nissan Leaf karena mobil ini merupakan kendaraan listrik pertama yang dipasarkan secara massal, sehingga baik mobil maupun baterainya akan menjadi yang pertama masuk ke dalam rantai daur ulang.
"Metode kami akan mengurangi biaya dan jumlah langkah untuk memulihkan bahan katoda, sehingga dapat diproduksi ulang dan dimasukkan kembali ke dalam baterai baru, dengan jejak lingkungan yang minimal," kata Profesor Peter Slater seperti dilansir Circular, Rabu (25/10/2023).
Hasil pengujian ini, yang dipublikasikan di ChemRxiV, menunjukkan bahwa asam askorbat secara selektif melarutkan bahan elektroda bernilai rendah (lithium mangan oksida) dan meninggalkan bahan berbasis nikel dan kobalt yang bernilai lebih tinggi dalam bentuk padat, sehingga dapat langsung didaur ulang.
“Metode kami menghilangkan material bernilai rendah, dan meninggalkan material bernilai tinggi dalam keadaan padat, sehingga dapat langsung didaur ulang,” kata Slater.
Metode baru ini ditemukan oleh Profesor Peter Slater, Profesor Paul Anderson, dan Dr Laura Driscoll dari School of Chemistry Birmingham dan telah dipatenkan oleh University of Birmingham Enterprise.
Penelitian mereka merupakan bagian dari proyek ReLiB (Recycling and Reuse of EV Lithium-ion Batteries), sebuah konsorsium peneliti multi-institusi yang didanai oleh Faraday Institution dan dipimpin oleh UOB. Proyek itu bertujuan untuk meningkatkan kecepatan, keekonomisan, dan dampak terhadap lingkungan dalam proses daur ulang.
“Kimia baterai, khususnya kimia katoda, terus berkembang untuk memenuhi permintaan akan kepadatan energi yang lebih besar. Namun, daur ulang baterai tetap relatif statis dan berfokus pada penguraian katoda menjadi komponen elemen individualnya terutama saat mendaur ulang bahan kimia campuran, yang kehilangan banyak nilai internal bahan katoda,” kata Slater.
UOB mengatakan bahwa tim peneliti sekarang sedang berupaya meningkatkan pendekatan baru ini dan mencari mitra jangka panjang untuk studi percontohan.