ESGNOW.ID, JAKARTA -- Pakar Artificial Intelligence (AI) Ismail Fahmi mengatakan bahwa kecerdasan buatan bisa dimanfaatkan untuk membantu mengatasi perubahan iklim dan pemanasan global. Namun demikian, menurut dia, pemanfaatan AI untuk persoalan iklim di Indonesia masih belum optimal.
Di tengah perubahan iklim yang begitu serius, jelas Ismail, sudah seharusnya pemerintah Indonesia melirik AI sebagai bagian dari upaya untuk mengatasi masalah-masalah iklim dan lingkungan.
“Di luar negeri itu sudah sangat banyak peneliti dan lembaga iklim atau cuaca yang memanfaatkan AI, tapi kalau di Indonesia saya kira masih belum kedengaran ya, implementasinya belum optimal. Tapi saya kira ke depannya akan bisa berkembang kalau pemerintah mau memberikan insentif dan dukungan,” kata Ismail saat dihubungi Republika, Rabu (17/1/2024).
Ismail menjelaskan bahwa AI bisa dimanfaatkan untuk membantu memodelkan iklim, memprediksi cuaca seperti data cuaca historis, data tekanan atmosfer, data kelembaban, temperatur atau suhu, El Nino dan La Nina, hingga memprediksi berbagai bencana iklim di masa depan. Menurut dia, pemanfaatan AI sangat berguna karena bisa mempermudah dan mempercepat prakiraan dengan akurasi yang tinggi.
“Dengan bantuan AI kan data-data iklim dan cuaca di masa lalu itu bisa diolah dengan cepat dan lebih mudah. Akurasinya juga tentu bisa dipertanggungjawabkan,” jelas Ismail.
Selain itu, dikatakan Ismail, AI juga bisa membantu industri dan perusahaan untuk mengefisiensi energi. Misalnya di satu gedung, pengelola bisa menggunakan teknologi AI untuk mengurangi biaya operasional, mengotomatisasi proses produksi, hingga mengontrol dan meningkatkan efisiensi energi.
“Dan artinya jika kita sudah bisa melakukan efisiensi energi, maka kita juga kan membantu mengurangi emisi gas rumah kaca di atmosfer. Maka dari itu, pemanfaatan AI begitu penting,” kata dia.
Lebih lanjut Ismail mengatakan bahwa AI juga bermanfaat di bidang pertanian. Menurut dia, teknologi AI bisa membantu petani untuk mengetahui apakah ladang atau area pertanian mereka diserang hama dan penyakit, juga membantu dalam menghitung kebutuhan pupuk.
“Pupuk itu kan ada dampaknya juga yah ke lingkungan gitu, jadi dengan memanfaatkan AI, penggunaan pupuk untuk pertanian itu bisa dihitung agar lebih efisien, dan pada akhirnya mengurangi risiko pencemaran lingkungan,” jelas Ismail.