ESGNOW.ID, JAKARTA -- Sebanyak 27 investor yang memiliki sekitar 5 persen saham Shell (SHELL) telah mengajukan resolusi independen yang mendesak perusahaan untuk menetapkan target iklim yang lebih progresif. Hal ini dianggap sebagai upaya terbesar yang pernah dilakukan hingga saat ini.
Kelompok investor yang dipimpin oleh pemegang saham, Follow This, secara kolektif memiliki dana kelolaan sekitar 4 triliun dolar AS di Shell. Investor lainnya juga termasuk Amundi, Scottish Widows, Rathbones Group dan Edmond de Rothschild Asset Management.
Upaya untuk meningkatkan tekanan terhadap strategi iklim Shell ini dilakukan ketika CEO Wael Sawan berusaha untuk meningkatkan keuntungan perusahaan, sebagian dengan memperlambat investasi dalam energi terbarukan dan meningkatkan produksi bahan bakar fosil.
“Resolusi ini akan dibawa ke pemungutan suara pada rapat umum tahunan Shell akhir tahun ini,” demikian menurut pernyataan Follow This seperti dilansir Reuters, Rabu (17/1/2024).
Resolusi tersebut, yang serupa dengan resolusi Follow This sebelumnya, mendesak Shell untuk menyelaraskan target pengurangan emisi karbon jangka menengahnya dengan Perjanjian Iklim Paris, termasuk emisi dari bahan bakar yang dibakar oleh konsumen, yang dikenal sebagai emisi Cakupan 3.
Shell saat ini bertujuan untuk mengurangi separuh emisi dari operasinya pada tahun 2030 dan mengurangi intensitas emisi secara keseluruhan, termasuk Cakupan 3.
Tahun lalu, resolusi Follow This mendapat dukungan dari 20 persen pemegang saham pada akhir Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan yang diwarnai dengan kericuhan karena para pemrotes mencoba menyerbu panggung.
"Kami mendesak Shell untuk menetapkan target emisi absolut Cakupan 3 yang kredibel. Hal ini akan menunjukkan kepemimpinan, menunjukkan bahwa Shell serius dalam melakukan transisi bisnisnya, dan berperan dalam menghasilkan perubahan dunia yang nyata," ujar Diandra Soobiah, kepala investasi yang bertanggung jawab di skema pensiun Inggris, NEST.
Shell mengatakan dalam tanggapannya bahwa target iklimnya selaras dengan perjanjian Paris 2015 untuk membatasi pemanasan global di bawah 2 derajat Celcius di atas tingkat pra-industri pada tahun 2100.
"Dewan Shell sebelumnya telah memberi tahu para pemegang saham bahwa resolusi Follow This tidak realistis dan sederhana, tidak akan berdampak pada mitigasi perubahan iklim, memiliki konsekuensi negatif bagi pelanggan kami, dan bertentangan dengan kepentingan perusahaan dan para pemegang saham kami," kata Shell dalam sebuah pernyataan.
Wael Sawan, yang mulai memimpin pada Januari 2023, mengatakan tahun lalu bahwa Shell mengubah jalurnya untuk memenuhi ambisinya menjadi perusahaan dengan emisi karbon nol pada tahun 2050. Menurut dia, Shell akan mempublikasikan pembaruan strategi transisi energi pertamanya pada awal 2024, yang akan dibawa ke pemungutan suara penasihat pada RUPS.