ESGNOW.ID, JAKARTA -- Sebuah penelitian terbaru menemukan bahwa perubahan iklim mempengaruhi kecepatan rotasi bumi dan dapat berdampak pada cara kita mengukur waktu.
Meningkatnya pencairan es di Greenland dan Antartika menambahkan air ekstra ke lautan dunia, sehingga mendistribusikan kembali massa air. Hal ini sedikit memperlambat rotasi Bumi. Namun, planet ini masih berputar lebih cepat dari biasanya.
Akibatnya adalah pencatatan waktu global mungkin perlu mengurangi satu detik dalam beberapa tahun mendatang.
"Pemanasan global telah mempengaruhi ketepatan waktu global," kata penelitian tersebut, yang diterbitkan dalam jurnal Nature, seperti dilansir BBC, Rabu (10/4/2024).
Waktu Universal Terkoordinasi (UTC) yang digunakan oleh sebagian besar dunia untuk mengatur jam dan waktu, dihitung berdasarkan rotasi Bumi. Namun, laju rotasi Bumi tidaklah konstan dan karenanya dapat berpengaruh pada lamanya siang dan malam.
Perubahan pada inti luar planet ini berarti Bumi berputar sedikit lebih cepat.
Sejak tahun 1970-an, untuk mengoreksi hal ini, sekitar 27 detik waktu telah ditambahkan ke dalam jam global, dan para pencatat waktu berencana untuk mengurangi satu detik untuk pertama kalinya pada tahun 2026. Hal ini dikenal sebagai detik kabisat negatif.
Namun, penelitian ini menemukan bahwa pencairan es yang disebabkan oleh perubahan iklim telah mengimbangi percepatan tersebut.
Lapisan es sekarang kehilangan massa lima kali lebih cepat daripada 30 tahun yang lalu, yang berarti bahwa perubahan detik kabisat negatif tidak akan diperlukan sampai tahun 2029, demikian menurut studi tersebut.
"Ini sungguh mengesankan, bahkan bagi saya. Kita telah melakukan sesuatu yang secara terukur mengubah seberapa cepat Bumi berotasi. Sesuatu yang terjadi belum pernah terjadi sebelumnya," ujar penulis studi, Duncan Agnew.
Detik kabisat negatif belum pernah digunakan sebelumnya, dan menurut penelitian tersebut, penggunaannya akan menimbulkan masalah yang belum pernah terjadi bagi sistem komputer di seluruh dunia.
"Hal ini belum pernah terjadi sebelumnya, dan menimbulkan tantangan besar untuk memastikan bahwa semua bagian dari infrastruktur waktu global menunjukkan waktu yang sama," kata Agnew, seorang peneliti di University of California, San Diego.
"Banyak program komputer untuk detik kabisat mengasumsikan bahwa semuanya positif, sehingga harus diprogram ulang," tambah dia.
Namun, ada beberapa keraguan terhadap penelitian ini. Demetrios Matsakis, mantan kepala ilmuwan di Observatorium Angkatan Laut AS, mengatakan bahwa Bumi terlalu sulit diprediksi untuk memastikan apakah detik kabisat negatif akan dibutuhkan dalam waktu dekat.
Aktivitas manusia seperti pembakaran bahan bakar fosil menyebabkan suhu dunia meningkat. Kenaikan suhu tersebut berdampak besar pada lingkungan, termasuk mencairnya gletser dan lapisan es dengan cepat.