Jumat 05 Apr 2024 12:48 WIB

Perubahan Iklim Berdampak Pada Usaha Manufaktur Global

Usaha manufaktur semikonduktor terdampak dari perubahan iklim.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nora Azizah
Semikonduktor merupakan bahan dasar pembuatan microchip, yang diperlukan dalam produk lampu, mobil, kereta api, hingga pesawat terbang.
Foto: www.freepik.com
Semikonduktor merupakan bahan dasar pembuatan microchip, yang diperlukan dalam produk lampu, mobil, kereta api, hingga pesawat terbang.

ESGNOW.ID,  JAKARTA -- Semikonduktor merupakan bahan dasar pembuatan microchip, yang diperlukan dalam produk lampu, mobil, kereta api, hingga pesawat terbang. Namun, manufaktur semikonduktor membutuhkan air dalam jumlah besar terutama untuk membilas chip, dan keadaan darurat iklim yang sedang berlangsung membuat industri ini berisiko.

Profesor Geografi di Memorial University of Newfoundland, Josh Lepawsky, mengatakan bahwa meskipun industri ini sangat bergantung pada air, hanya sedikit perhatian yang diberikan pada bagaimana perubahan kondisi lingkungan dapat berdampak pada industri ini. Padahal, secara global dan regional, terdapat tanda-tanda adanya masalah. Taiwan, misalnya, memproduksi sekitar 90 persen semikonduktor tercanggih di dunia dan telah mengalami kekeringan yang signifikan sejak tahun 2021.

Baca Juga

“Kekeringan yang terjadi cukup parah sehingga petani Taiwan dibayar untuk membiarkan ladang mereka tidak ditanami, supaya air yang seharusnya digunakan untuk pertanian dapat disalurkan ke pabrik-pabrik semikonduktor. Pabrik-pabrik manufaktur Taiwan bahkan harus menggunakan truk pengangkut air dari satu daerah aliran sungai ke daerah aliran sungai lainnya untuk mengatasi kekurangan air,” kata Lepawsky, seperti dilansir Channel News Asia, Jumat (5/4/2024).

Apa pun skenario perubahan iklim yang dipertimbangkan, kata Lepawsky, minimal 40 persen dari semua pabrik manufaktur semikonduktor terletak di daerah aliran sungai yang diantisipasi akan mengalami risiko tekanan air yang tinggi atau sangat tinggi pada tahun 2030.

Daerah aliran sungai (DAS) yang berisiko tinggi adalah DAS yang 40 hingga 80 persen dari total air permukaan dan air tanah terbarukan yang tersedia untuk segala keperluan (misalnya irigasi, industri, penggunaan domestik) telah digunakan. DAS berisiko sangat tinggi adalah DAS yang lebih dari 80 persen total air permukaan dan air tanah terbarukannya telah digunakan.

“Sebagian besar kekhawatiran yang diungkapkan baru-baru ini mengenai manufaktur semikonduktor menggambarkan masalah ini dalam istilah geopolitik tentang persaingan antarnegara, terutama antara Cina dan Amerika Serikat,” kata dia.

Baik AS maupun Eropa telah mengumumkan pendanaan pemerintah yang besar untuk industri manufaktur semikonduktor, terutama untuk mengembalikan fasilitas perusahaan yang telah menghabiskan waktu puluhan tahun untuk membangun kapasitas produksi di luar wilayah tersebut. Namun, fasilitas manufaktur yang diumumkan atau sedang dibangun di AS dan Eropa semuanya terletak di wilayah yang sudah menghadapi kekurangan air yang signifikan.

Intel, Taiwan Semiconductor Manufacturing Company (TSMC), dan Samsung sedang membangun fasilitas baru di barat daya AS - wilayah yang telah mengalami kekeringan sejak tahun 1994. Pada tahun 2021, Biro Reklamasi AS membuat deklarasi kekurangan air untuk pertama kalinya di lembah Sungai Colorado.

Skenario perubahan iklim di masa depan menunjukkan bahwa lebih dari 40 persen dari semua fasilitas manufaktur semikonduktor baru, yang diumumkan sejak tahun 2021 akan berada di daerah aliran sungai yang kemungkinan besar mengalami skenario tekanan air berisiko tinggi atau sangat tinggi.

“Sederhananya, perubahan iklim dan kekurangan air menciptakan risiko bagi manufaktur semikonduktor baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang,” kata Lepawsky.

Produsen semikonduktor besar seperti Intel dan TSMC mengklaim bahwa mereka menganggap serius pengelolaan air. Namun, laporan perusahaan mereka menunjukkan bahwa mungkin ada masalah di masa depan. Terlepas dari investasi TSMC dalam reklamasi dan daur ulang air, perusahaan tersebut mengantisipasi hanya dapat menyediakan dua pertiga dari konsumsi air harian yang dibutuhkan di fasilitasnya yang berbasis di Taiwan.

“Tidak mudah dan tidak murah untuk mengatasi risiko tekanan air kronis bagi industri semikonduktor yang timbul dari keadaan darurat iklim yang sedang berlangsung. Konflik sudah terjadi antara sektor ini dan pengguna air lainnya,” kata dia.

Bahkan ketika masing-masing perusahaan melakukan peningkatan efisiensi penggunaan air, upaya ini tidak secara otomatis menghasilkan efisiensi sistemik di seluruh jaringan produksi semikonduktor. Di sisi lain, kata Lapewsky, tidak ada jumlah efisiensi yang dapat mengatasi masalah air yang dibutuhkan untuk produksi semikonduktor.

“Tanpa akses yang aman ke air dalam jumlah besar, tidak akan ada semikonduktor, dan tanpa semikonduktor, tidak akan ada barang elektronik. Keadaan darurat iklim adalah pendorong utama tekanan air, baik sekarang maupun di masa depan. Dapatkah sektor teknologi mengatasinya? Itu masih menjadi pertanyaan besar,” tegas Lapewsky.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement