Sabtu 17 May 2025 21:05 WIB

Pentingnya Persemaian Rumpin dalam Mendukung Target FOLU Net Sink 2030

Pengendalian emisi di sektor kehutanan menjadi hal yang sangat penting bagi Indonesia

Rep: Lintar Satria/ Red: Intan Pratiwi
Pengunjung menikmati aneka kuliner di jalur treking tempat wisata alam Taman Hutan Ir H Djuanda atau Tahura, di kawasan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Ahad (11/5/2025). Memanfaatkan liburan panjang, masyarakat banyak yang berwisata ke alam sambil berolahraga seperti hiking di jalur trekking Tahura sepajang 5 km dimulai dari pintu utama Dago Pakar hingga ujung Maribaya Lembang.
Foto: Edi Yusuf
Pengunjung menikmati aneka kuliner di jalur treking tempat wisata alam Taman Hutan Ir H Djuanda atau Tahura, di kawasan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Ahad (11/5/2025). Memanfaatkan liburan panjang, masyarakat banyak yang berwisata ke alam sambil berolahraga seperti hiking di jalur trekking Tahura sepajang 5 km dimulai dari pintu utama Dago Pakar hingga ujung Maribaya Lembang.

ESGNOW.ID, JAKARTA -- Berdasarkan target dan rencana pemangkasan emisi yang ditetapkan sendiri (NDC), sektor Forestry and Other Land Use (FOLU), diproyeksikan akan berkontribusi hampir 60 persen dari total target penurunan emisi gas rumah kaca Indonesia. Atas kontribusi yang tersebut, maka upaya penanganan dan pengendalian emisi di sektor kehutanan menjadi hal yang sangat penting bagi Indonesia; dan bagi upaya pengendalian perubahan iklim dalam skala global.

Salah satu strategi utama Indonesia untuk mencapai target penurunan emisi gas rumah kaca dari sektor kehutanan adalah FOLU Net Sink. Agenda ini menargetkan agar pada tahun 2030, sektor kehutanan dan penggunaan lahan lainnya dapat menyerap lebih banyak emisi karbon dibandingkan dengan yang dihasilkannya.

Dengan agenda ini, Indonesia berharap pada 2030, kehutanan menjadi sektor penyerap bersih karbon (net sink). Sebagai bagian dari upaya untuk mendukung target penyerapan emisi karbon melalui program rehabilitasi dan penanaman pohon dalam skema FOLU Net Sink 2030, pada tahun 2021 lalu Presiden Joko Widodo meresmikan Persemaian Rumpin.

Persemaian Rumpin merupakan salah satu pusat persemaian terbesar di Indonesia dengan kapasitas produksi hingga 12 juta bibit pohon per tahun. Persemaian ini menjadi tulang punggung program rehabilitasi hutan dan lahan (RHL), restorasi ekosistem, dan penghutanan kembali yang menjadi bagian integral dalam strategi Indonesia mencapai FOLU Net Sink 2030.

“Persemaian Rumpin tidak hanya menjadi tempat pembibitan, tetapi juga pusat edukasi, konservasi, dan inovasi dalam pengelolaan lanskap berkelanjutan,” ujar Kepala Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS) Citarum-Ciliwung, Heru Permana, di panel diskusi Journalist Workshop Indonesian Folu Net Sink 2030, Sabtu (17/5/2025).

Menurut Heru, bibit dari persemaian ini telah didistribusikan ke berbagai daerah untuk mendukung rehabilitasi hutan kritis dan lahan terdegradasi, termasuk kawasan DAS prioritas. Penanaman pohon dalam skala besar ini tidak hanya berfungsi sebagai tindakan pemulihan ekologis, tetapi juga menjadi solusi alami untuk menyerap emisi karbon dari atmosfer.

Ketua Harian II Tim Indonesia FOLU Net Sink 2030 Haruni Krisnawati juga menjelaskan rehabilitasi lahan melalui penanaman pohon memiliki kontribusi besar terhadap target penurunan emisi. Dari total target penurunan emisi sebesar 140 juta ton karbon dioksida ekuivalen di sektor FOLU, sebagian besar bersumber dari peningkatan tutupan hutan dan pemulihan vegetasi melalui kegiatan seperti yang dilakukan di Persemaian Rumpin.

“Setiap pohon yang ditanam adalah bagian dari solusi iklim. Dengan pendekatan berbasis lanskap, rehabilitasi yang efektif mampu meningkatkan fungsi ekosistem, menjaga keanekaragaman hayati, dan mengurangi risiko bencana iklim seperti banjir dan kekeringan,” kata Haruni.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement