Jumat 28 Jun 2024 15:15 WIB

Aksi Nyata Gen Z untuk Indonesia Berkelanjutan

Program Youth Sounding Board melibatkan pemuda dalam inisiatif perubahan iklim.

Rep: Lintar Satria/ Red: Satria K Yudha
Para pemuda Indonesia yang terpilih menjadi anggota Youth Sounding Board: Sahabat Uni Eropa, kelompok konsultatif yang dibentuk Uni Eropa.
Foto: Lintar Satria
Para pemuda Indonesia yang terpilih menjadi anggota Youth Sounding Board: Sahabat Uni Eropa, kelompok konsultatif yang dibentuk Uni Eropa.

Peserta YSB lainnya Muhammad Trisna Kusuma Wardana fokus pada memperjuangkan hak-hak kelompok yang terpinggirkan, termasuk anak-anak, pemuda, perempuan, dan penyandang disabilitas, di samping mengadvokasi keadilan iklim. Ia membayangkan masa depan di mana kelompok-kelompok ini secara aktif terlibat dalam proses pengambilan keputusan, memastikan suara mereka didengar dan kebutuhan mereka dipenuhi.

Trisna menekankan pentingnya memberdayakan masyarakat lokal, gerakan akar rumput pemuda, dan masyarakat adat dalam mengatasi perubahan iklim melalui solusi berbasis alam dan adaptasi berbasis ekosistem. "Belakangan ini lagi fokus pada ekonomi biru-karbon biru, pusatnya di Pasuruan tapi lagi mau ekspansi, dan sudah ada dana Wahana Visi di Surabaya untuk ekspansi, setelah ini akan kembali ke Lombok, untuk kembali ke program kami yang fokus di karbon biru," kata Trisna.

Ia merestorasi mangrove yang sudah rusak. Ia terinspirasi hasil penelitian yang mengungkapkan mangrove dapat menarik banyak karbon dioksida (CO2). Pemuda berusia 21 tahun itu menyadari agar programnya berhasil ia harus melibatkan masyarakat setempat. Ia membuat inisiatif pemberdayaan perempuan dengan mengolah mangrove spesies mucronata menjadi kopi mangrove.

"Jadi kopi mangrove itu bukan berasal dari biji mangrove tapi dari buah mangrove, terus kita proses, kita keringkan, kita sangrai, terus diblender, diperhalus, itu bisa dijadikan kopi dan faktanya kopi itu lebih sehat karena non-caffein," kata Trisna.

Trisna mengatakan kopi mangrove ini sudah dijual ke beberapa kedai kopi di Pasuruan dan dijual ke wisatawan-wisatawan lokal. "Nah yang aku lakukan di Pasuruan ini juga akan aku lakukan di Surabaya dengan bantuan dari Wahana Visi," katanya.

Selain itu, sebagai seseorang dengan disabilitas sensorik dan berasal dari daerah yang kurang terwakili, ia menggarisbawahi pentingnya program-program inklusif yang melayani individu-individu yang terpinggirkan, memperkuat suara mereka agar dapat terwakili secara akurat dalam kebijakan dan inisiatif. Tujuan utamanya untuk menciptakan lingkungan yang inklusif dan berkelanjutan di mana semua individu dapat berkembang dan berkontribusi secara positif kepada masyarakat, dipandu partisipasi dan kolaborasi di antara komunitas yang beragam.

Trisna berupaya mendorong keterlibatan langsung kelompok-kelompok yang terpinggirkan dalam pengembangan dan implementasi program, memastikan kebutuhan dan harapan mereka terpenuhi. Dengan memfasilitasi inklusi yang bermakna, ia percaya perubahan yang berkelanjutan dan positif dapat dicapai, yang mengarah pada pemenuhan hak asasi manusia dan pemberdayaan masyarakat yang terpinggirkan.

Melalui advokasinya, Trisna bertujuan untuk menjembatani kemitraan global untuk aksi iklim, terutama berfokus pada sektor karbon biru dan pelestarian ekosistem penting seperti hutan bakau dan karang. Pada akhirnya, visinya mencakup menciptakan dunia di mana suara-suara yang terpinggirkan tidak hanya didengar tetapi juga dihargai secara aktif, mendorong upaya kolektif menuju masa depan yang lebih sehat dan lebih adil bagi semua.

Sebagai lulusan terbaik Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya, Salsabila ingin menjadi sosok penegak hukum yang memastikan dunia hukum Indonesia profesional dan adil serta menjamin kesetaraan dan pemenuhan hak asasi manusia. Salsabila ingin berkontribusi dan berpartisipasi aktif dalam inisiatif pembangunan sosial di Indonesia dengan membangun hubungan diplomatik dan kerja sama yang optimal antara Indonesia dan negara-negara Uni Eropa dan bertindak sebagai jembatan strategis untuk mengakomodasi ide-ide kreatif di kalangan pemuda Indonesia.

Salsabila ingin mengedukasi masyarakat Sumatra Selatan mengenai hak-hak asasi manusia termasuk hak-hak hukum. "Melihat kasus-kasus aktual di Sumatera Selatan bisa dibilang pengetahuan masyarakat pada hak-hak asasinya sendiri masih kurang, karena banyak masyarakat tidak tahu akses kalau mereka berurusan dengan hukum, mendapat bantuan hukum, terutama masyarakat menengah ke bawah dan masyarakat marjinal," katanya.

Ia membentuk Legal Services Aid yang fokus mengedukasi masyarakat mengenai hak-hak asasinya. Salsabila yang berusia 23 tahun itu sudah pernah melakukan kegiatan serupa dengan akademisi. Kali ini ia ingin bekerja sama dengan pemuda-pemudi dan lembaga-lembaga non-profit di Sumatera Selatan.  

Dengan bergabung dalam program Youth Sounding Board (YSB), Salsabila ingin menyerap sebanyak mungkin wawasan, membangun jaringan internasional, dan memfasilitasi ide-ide kreatif anak muda yang selaras dengan tujuan kerja sama Indonesia dan Uni Eropa. 

Dengan keahlian dan jaringan yang dimilikinya di bidang hukum, Salsabila ingin menyebarluaskan hasil dari keterlibatannya di YSB melalui media sosial untuk mengedukasi masyarakat agar memiliki pemahaman yang lebih konkret mengenai langkah-langkah strategis yang diperlukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement