ESGNOW.ID, JAKARTA -- PT Pertamina (Persero) memiliki dua strategi dalam mendukung pemerintah untuk mencapai net zero emission (NZE). Kedua strategi itu adalah dekarbonisasi dan pengembangan bisnis rendah karbon.
Senior Officer Sustainability Program and Performance Pertamina Cahyo Andrianto mengatakan, saat pemerintah menetapkan target NZE dicapai 2060 pada gelaran Konferensi Perubahan Iklim PBB tahun 2021 atau COP26, Pertamina grup langsung menyusun peta jalan yang kemudian dikeluarkan pada 2022 untuk mendukung capaian NZE.
"Kami punya dua pilar atau strategi terkait NZE, yaitu dekarbonisasi dan low carbon business," kata Cahyo saat menghadiri FGD 'Rembuk ESG untuk Indonesia' yang digelar Republika di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (4/7/2024).
Terkait dekarbonisasi, Pertamina melakukan efisiensi energi, seperti efisiensi listrik dan lain sebagainya di seluruh unit bisnis perusahaan. "Intinya dari operasi bisnis kami yang tadinya mengeluarkan banyak emisi, diubah ke minimum emisi sesuai standar yang diajukan," katanya.
Strategi kedua adalah pengembangan bisnis rendah karbon. Pertamina melalui Pertamina Geothermal Energy terus mengembangkan potensi panas bumi yang merupakan energi ramah lingkungan.
Dia mengatakan, Indonesia memiliki potensi panas bumi yang begitu besar, bahkan yang terbesar di dunia. Menurut studi, potensinya mencapai 29 GW. Namun, pemanfaatannya sejauh ini baru sebesar 2,1-2,3 GW.
"Melihat potensi besar di geotermal, Pertamina melalui PGE bergerak ke sana. Kita juga bergerak ke panel surya dan bisnis energi terbarukan lainnya. Pertamina juga serius menggarap biofuel," katanya.
Tahun ini, kata dia, Pertamina menargetkan dapat menurunkan emisi sebanyak 1,1 juta ton dari seluruh operasi bisnis Pertamina grup.