ESGNOW.ID, MANAUS -- Penelitian terbaru menemukan hutan dan ekosistem darat lainnya gagal menahan perubahan iklim pada tahun 2023. Kekeringan parah di hutan hujan Amazon dan kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Kanada menghalangi hutan menyerap karbon dioksida.
Peneliti mengatakan ini artinya karbon dioksida yang masuk ke atmosfer bumi tahun lalu tembus rekor. Flora membantu memperlambat perubahan iklim dengan menyerap banyak karbon dioksida, gas rumah kaca yang memicu pemanasan global.
Setiap tahun hutan dan ekosistem darat lainnya menyerap hampir sepertiga emisi dari bahan bakar fosil, industri dan aktivitas manusia lainnya. Namun penyerapan karbon tahun 2023 menurun drastis.
"Penyerapan adalah pompa dan kita memompa lebih sedikit karbon dari atmosfer ke darat, tiba-tiba pompa itu tersumbat dan melemah," kata salah satu peneliti Laboratory for Climate and Environmental Sciences (LSCE) Philippe Ciais, Ahad (29/7/2024).
Para peneliti mengatakan hal ini mengakibatkan karbon dioksida di atmosfer pada tahun 2023 naik 86 persen dibandingkan 2022. Peneliti dari Tsinghua University di Cina, University of Exeter di Inggris dan LSCE dari Paris meneliti apa yang menyebabkan perubahan tersebut.
Penelitian mereka dipresentasikan di Konferensi Karbon Dioksida Internasional di Manaus, Brasil. Penelitian menemukan suhu panas yang melanda seluruh dunia membuat vegitasi di Amazon dan hutan hujan lainnya kering dan memicu kebakaran karhutla di Kanada, sehingga hutan tidak dapat menyerap banyak karbon.
"Banyak tumbuhan di rumah anda, bila anda tidak menyiramnya, mereka menjadi tidak produktif, tidak tumbuh, tidak menyerap karbon, bayangkan itu dalam skala hutan Amazon," kata salah satu peneliti dan pakar karbon dari University of Exeter Stephen Stich di sela konferensi di Manaus.
Penelitian ini masih dalam proses peer-review atau tinjauan rekan di jurnal akademik. Tapi tiga ilmuwan yang tidak terlibat dalam penelitian ini mengatakan kesimpulan penelitian ini masuk akal.
Mereka mengatakan penurunan penyerapan karbon terjadi di tahun-tahun yang mengalami fenomena iklim El Nino seperti tahun 2023. Tapi suhu panas tembus rekor yang dipicu perubahan iklim tahun lalu membuat penurunan penyerapan karbon menjadi ekstrem.
Selain itu, konsekuensi dari penurunan tersebut lebih parah daripada sebelumnya karena manusia kini menyebabkan emisi karbon dioksida lebih banyak daripada sebelumnya.
Ilmuwan mencatat penyerapan karbon bumi bervariasi setiap tahun dan penurunan drastis yang terjadi satu tahun tidak berarti menimbulkan bencana besar. Namun mereka memperingatkan bahwa apa yang terjadi pada tahun 2023 dapat menjadi tren.
"Ini merupakan peringatan, terdapat kemungkinan tahun-tahun seperti 2023 menjadi lebih sering terjadi," kata peneliti Woodwell Climate Research Center di Amerika Serikat (AS) Richard Birdsey yang tidak terlibat dalam penelitian ini.
Pemodel ekosistem Oak Ridge National Laboratory di AS Antony Walker menjelaskan semakin sedikit karbon yang diserap ekosistem darat, semakin sedikit bahan bakar fosil yang dapat dibakar sebelum umat manusia melampaui target iklim global.
"Kita tidak dapat mengandalkan ekosistem sebagai jaminan di masa depan," kata ilmuwan ekosistem University of California Trevor Keenan yang tidak terlibat dalam penelitian ini.