ESGNOW.ID, EDINBURGH -- Perusahaan penyedia data dan analisa transisi energi Wood Mackenzie mengungkapkan, investasi transisi energi ramah lingkungan perlu dilipatgandakan menjadi 3,5 triliun dolar AS per tahun. Hal ini perlu dilakukan apabila dunia ingin mencapai target Perjanjian Paris untuk nol emisi tahun 2050.
Wood Mackenzie menyatakan, selain kekurangan investasi, upaya global untuk beralih dari bahan bakar fosil ke energi yang lebih bersih menghadapi tekanan kekhawatiran pada ketahanan pangan, tarif dan rintangan perdagangan yang menahan pertumbuhan penyaluran listrik di seluruh dunia. "Serangkaian guncangan pada pasar global mengancam kemajuan transisi energi, namun masih ada waktu bagi dunia untuk mencapai nol emisi pada 2050, asalkan segera mengambil tindakan tegas," kata wakil presiden dan kepala teknologi dan skenario Wood Mackenzie Prakash Sharma, Selasa (29/10/2024).
Dalam laporannya, Wood Mackenzie mengatakan tidak ada negara besar dan hanya beberapa perusahaan yang berada di jalur yang tepat untuk memenuhi target iklim 2030 yang ditetapkan dalam Perjanjian Paris.
Menurut pakar iklim, target pemangkasan emisi nasional yang ditetapkan sendiri (NDC) yang kuat dan kerja sama global akan sangat penting untuk memobilisasi investasi sebesar 3,5 triliun dolar AS. Jika tantangan-tantangan tersebut tidak dapat diatasi, maka akan dibutuhkan lebih banyak lagi dana untuk mendanai mitigasi dan adaptasi.
Berdasarkan analisa Wood Mackenzie, pangsa pembangkit listrik tenaga surya dan angin dalam pasokan listrik global diperkirakan akan mencapai antara 25 persen dan 36 persen dari total output listrik pada tahun 2030. Setelah tumbuh menjadi 17 persen pada tahun 2024 dari 4,5 persen pada tahun 2015.
Sementara, permintaan gas diperkirakan memiliki hasil yang beragam, dengan permintaan naik 11 persen pada tahun 2050 dalam skenario yang membatasi pemanasan hingga 2,5 derajat Celcius. Skenario nol bersih akan mengalami penurunan 47 persen pada periode yang sama.
Mengganti bahan bakar fosil dengan sumber daya terbarukan merupakan pilar transisi energi untuk memenuhi target Perjanjian Paris untuk membatasi kenaikan suhu global hingga 1,5 derajat Celsius.
Dalam beberapa tahun terakhir, pasokan listrik terbarukan meningkat tajam. Tetapi, pertumbuhannya tidak cukup cepat untuk mendorong bahan bakar fosil keluar dari bauran energi.