ESGNOW.ID, JAKARTA — Studi terbaru Institute for Essential Services Reform (IESR) menunjukkan bahwa Pulau Timor, Sumbawa, dan Sulawesi berpotensi memenuhi 100 persen kebutuhan listriknya dari sumber energi terbarukan. Hal ini sekaligus memperkuat komitmen Indonesia dalam mencapai target emisi nol bersih dan transisi energi hijau.
Berdasarkan hasil kajian bertajuk 'Pulau Berbasis 100% Energi Terbarukan dan Fleksibilitas pada Sistem Tenaga Listrik', kebutuhan investasi untuk mewujudkan pembangkit listrik berbasis energi terbarukan di Pulau Timor dan Sumbawa mencapai 5,21 miliar dolar AS atau sekitar Rp85 triliun hingga 2050.
Direktur Eksekutif IESR Fabby Tumiwa mengatakan, sistem kelistrikan di Sulawesi memerlukan fleksibilitas tinggi untuk mengintegrasikan berbagai sumber energi terbarukan seiring tumbuhnya industri di wilayah tersebut.
“Pemanfaatan 100 persen energi terbarukan di Pulau Sumbawa bisa menjadi model bagi negara kepulauan lainnya untuk mencapai kemandirian energi, sekaligus berkontribusi pada pencapaian target iklim global,” kata Fabby dalam keterangannya di Jakarta, Selasa (1/7/2025).
IESR menyebut pengembangan energi surya, angin, dan biomassa di Pulau Timor dapat menggantikan proyek pembangkit berbasis fosil yang masuk dalam Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) dengan harga yang lebih kompetitif.
Analis Sistem Ketenagalistrikan IESR Abraham Halim menuturkan, potensi proyek energi terbarukan yang layak secara finansial di Sulawesi mencapai 63 GW, terutama dari energi surya dan angin.
Pemodelan IESR berdasarkan Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN) memperkirakan, bauran energi surya dan angin di Sulawesi akan meningkat dari 2,4 persen pada 2024 menjadi 29 persen pada 2060.
Sementara itu, Analis Energi Terbarukan IESR Alvin P Sisdwinugraha mengungkapkan bahwa ambisi pemerintah daerah menjadi modal penting. NTB menargetkan emisi nol bersih (NZE) pada 2050, sedangkan NTT menetapkan target bauran energi terbarukan sebesar 47 persen pada 2034 dalam Rencana Umum Energi Daerah (RUED).
Pulau Sumbawa memiliki potensi energi terbarukan sebesar 10,21 GW, dengan energi surya mendominasi sebesar 8,64 GW. IESR merekomendasikan strategi jangka pendek (2025–2035) untuk mengganti proyek pembangkit berbasis fosil yang masih dalam perencanaan dengan energi terbarukan.
Adapun strategi jangka panjang (2036–2050) difokuskan pada pengurangan bertahap pembangkit fosil dengan beralih ke bahan bakar hijau seperti hidrogen dan amonia hijau.
Pulau Timor memiliki potensi energi mencapai 30,81 GW, dengan dominasi energi surya sebesar 20,72 GW. Strategi jangka pendek untuk Timor yakni mengganti proyek PLTU dan PLTG dengan pembangkit energi terbarukan. Strategi jangka panjang mencakup pensiun dini PLTU Timor, dengan pengganti utama berupa PLTS skala besar lengkap dengan sistem penyimpanan daya (storage).
IESR memperkirakan, pada 2050 sistem listrik Pulau Timor akan didominasi oleh energi surya (82 persen), mini hidro (9 persen), angin (6 persen), dan biomassa (3 persen).