Senin 04 Nov 2024 16:32 WIB

Dubes Inggris Ajak Indonesia Berkolaborasi Jalankan Transisi Energi

Keberhasilan transisi energi tidak hanya bergantung pada teknologi.

Rep: Lintar Satria / Red: Satria K Yudha
Duta Besar Inggris untuk Indonesia dan Timor Leste Dominic Jermey.
Foto: Republika/Dwina Agustin
Duta Besar Inggris untuk Indonesia dan Timor Leste Dominic Jermey.

ESGNOW.ID,  JAKARTA -- Duta Besar Inggris untuk Indonesia dan Timor Leste, Dominic Jermey, menekankan pentingnya kolaborasi antara Indonesia dan Inggris dalam mengatasi tantangan transisi energi. Ia menyampaikan meski kedua negara memiliki kondisi yang berbeda, dua negara dapat saling belajar dan berbagi pengalaman dalam perjalanan menuju energi yang berkelanjutan dan net zero emissions (NZE).

"Kedua negara kita dipersatukan oleh komitmen yang sama, yaitu menyediakan energi yang berkelanjutan, terjangkau, dan andal bagi setiap rumah dan bisnis, sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi dan kemakmuran bagi rakyat kita," kata Jermey dalam pembukaan Indonesia Energy Transition Dialogue (IETD) 2024 di Jakarta, Senin (4/11/2024).

Menurutnya, keberhasilan transisi energi tidak hanya bergantung pada teknologi, namun juga pada kebijakan dan regulasi yang mendukung iklim investasi, terutama bagi sektor swasta. Jermey menyoroti perjalanan Inggris menuju bebas emisi batu bara sebagai contoh nyata dari komitmen transisi energi.

Ia mencatat Inggris yang selama berabad-abad bergantung pada batu bara berhasil menghentikan pembangkit listrik berbasis batu bara terakhirnya beberapa waktu lalu. "Hanya 12 tahun yang lalu, pada 2012, sekitar 40 persen listrik kami masih berasal dari batu bara. Saat ini, kami berhasil mencapai tahap di mana tidak ada listrik yang berasal dari batu bara," katanya.

Pencapaian ini, lanjutnya, dicapai melalui beberapa komponen utama, yaitu inovasi teknologi dan kebijakan yang mendukung investasi. Di Inggris, biaya teknologi energi terbarukan terus menurun, memungkinkan transisi yang lebih cepat dari batu bara ke energi terbarukan. Kebijakan yang memacu investasi sektor swasta dan memberikan kepastian keuntungan bagi investor juga menjadi faktor kunci. "Ini menciptakan lingkungan konsumtif bagi pertumbuhan di sektor energi terbarukan," tambahnya.

Meski berbeda, Jermey percaya Indonesia memiliki peluang besar untuk memimpin transisi energi di Asia Tenggara. Ia menyoroti rencana ambisius Indonesia untuk membangun jaringan transmisi sepanjang 50.000 kilometer, menghubungkan pulau-pulau di Nusantara. Rencana ini, jika terwujud, akan menghubungkan rumah, bisnis, dan industri dengan lebih dari 60 gigawatt energi terbarukan.

"Dengan jaringan ini, Indonesia tidak hanya akan menyediakan energi bersih bagi seluruh wilayahnya, namun juga dapat mendukung negara-negara ASEAN lain yang menghadapi permintaan energi rendah karbon yang meningkat," jelas Jermey. Proyek ini, menurutnya, tidak hanya penting bagi keberlanjutan energi Indonesia, tetapi juga memiliki potensi untuk memperkuat peran Indonesia di kawasan ASEAN dalam menciptakan sistem energi yang rendah emisi karbon.

Menggarisbawahi pentingnya kerja sama internasional, Jermey menyebut tahun lalu Inggris berhasil menyelesaikan proyek konektor energi bawah laut terbesar di dunia, yang menghubungkan Inggris dengan Denmark. Konektor sepanjang 765 kilometer ini merupakan bagian dari upaya Inggris dalam memperkuat infrastruktur energi yang berkelanjutan. Ia menilai bahwa rencana transmisi listrik Indonesia sejauh 50.000 kilometer jauh lebih besar dan ambisius, dengan potensi dampak yang signifikan.

Ia juga mencatat transisi energi di setiap negara memerlukan pendekatan yang disesuaikan dengan konteks lokal. Tidak ada satu solusi yang cocok untuk semua negara. "Setiap negara, termasuk Indonesia, akan menemukan jalannya sendiri menuju masa depan yang berkelanjutan," ujarnya.

Jermey menyampaikan Inggris siap berkolaborasi dengan Indonesia, baik dalam transfer pengetahuan maupun investasi untuk mendukung rencana energi bersih Indonesia. Di sisi lain, Jermey menekankan keberhasilan transisi energi ini akan turut memacu pertumbuhan ekonomi.

Berdasarkan rencana pembangunan jangka panjang Indonesia, ia mencatat bahwa semakin cepat Indonesia mencapai NZE, semakin tinggi pula proyeksi pertumbuhan ekonominya. Transisi energi ini, menurutnya, bukan hanya tentang keberlanjutan lingkungan, tetapi juga menciptakan peluang ekonomi baru.

Sebagai penutup, Jermey menyatakan optimismenya terhadap kerja sama Inggris-Indonesia dalam perjalanan menuju masa depan energi yang lebih bersih dan berkelanjutan. "Ini adalah tantangan global yang membutuhkan aksi global," kata dia. 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement