Kamis 23 Jan 2025 14:00 WIB

Kebijakan Iklim Trump Ancam Investasi Hijau

Mundurnya AS dari Perjanjian Paris dapat menimbulkan masalah bagi lembaga keuangan.

Rep: Lintar Satria / Red: Satria K Yudha
Donald Trump mengucapkan sumpah jabatan saat dilantik sebagai presiden Amerika Serikat ke-47 oleh Ketua Hakim John Roberts pada Pelantikan Presiden ke-60 di Rotunda US Capitol, Washington, Senin (20/1/2025) waktu setempat.
Foto: AP Photo/Julia Demaree Nikhinson
Donald Trump mengucapkan sumpah jabatan saat dilantik sebagai presiden Amerika Serikat ke-47 oleh Ketua Hakim John Roberts pada Pelantikan Presiden ke-60 di Rotunda US Capitol, Washington, Senin (20/1/2025) waktu setempat.

ESGNOW.ID,  WASHINGTON -- The We Mean Business Coalition yang didukung perusahaan raksasa seperti Meta dan Amazon menilai, kebjakan-kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terkait iklim dapat mengganggu investasi hijau. The We Mean Business Coalition merupakan aliansi global yang terdiri atas berbagai perusahaan, organisasi, dan inisiatif yang berkomitmen untuk mempercepat transisi menuju ekonomi yang berkelanjutan dan rendah emisi karbon.

Trump kembali mengeluarkan AS dari Perjanjian Paris untuk kedua kalinya. Kemungkinan besar ia juga akan mencabut rencana pendanaan iklim mantan Presiden Joe Biden untuk pemangkasan karbon dan penanggulangan perubahan iklim. "(Hal ini dapat) membuka pintu perekonomian besar lain untuk menarik investasi," kata The We Mean Business Coalition, Rabu (21/1/2025).

Baca Juga

Tiga orang investor mengatakan transisi energi ke energi terbarukan termasuk di AS akan berlanjut apapun yang terjadi. Salah satu dampak keluarnya AS dari Perjanjian Paris adalah mencegah bisnis AS menjual kredit karbon ke pasar karbon yang didukung PBB yang menurut penyedia informasi keuangan, MSCI, nilainya dapat mencapai 10 miliar dolar AS pada tahun 2030.

Kepala Teknis Gold Standard, penentu standar pasar karbon, Owen Hewlett mengatakan meski tidak dapat menghasilkan uang dari menjual surplus kredit karbon, tapi perusahaan-perusahaan AS masih bisa membelinya dengan sukarela. Contohnya, maskapai-maskapai AS masih dapat membeli kredit karbon untuk meraih target iklim industri penerbangan.

Mundurnya AS dari Perjanjian Paris juga dapat menimbulkan masalah bagi bank dan lembaga keuangan yang terjebak di antara mundurnya upaya penanggulangan iklim AS dan tekanan dari Eropa untuk mencapai target iklim yang lebih cepat di sana.

“Manajer aset yang berbasis di AS dengan klien Eropa harus bersikap seperti Janus berkepala dua, apakah mereka akan mengambil risiko kehilangan klien Eropa demi membuat para politisi AS senang? Saya meragukannya," kata pendiri lembaga non-profit Carbon Tracker Initiative Mark Campanale.

Bank-bank AS keluar dari koalisi iklim sektor perbankan karena tekanan dari anggota Partai Republik. Kendati demikian, hal tersebut tidak membebaskan mereka dan perusahaan multinasional lainnya dari keharusan untuk mematuhi peraturan Eropa yang ketat dalam hal pelaporan keberlanjutan.

Campanale mengatakan dalam menghadapi kebijakan iklim global yang beragam, perusahaan-perusahaan kemungkinan akan terus melanjutkan upaya iklim mereka, tetapi dengan pendekatan yang lebih hati-hati, yang disebut sebagai "green hushing." Ini artinya mereka akan melakukan tindakan keberlanjutan, tetapi tidak akan mempublikasikannya secara terbuka, untuk menghindari kritik atau perhatian yang tidak diinginkan. 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement