ESGNOW.ID, JAKARTA -- Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebut pemerintah sedang melakukan uji teknis terkait dengan implementasi bahan bakar biodiesel 50 persen (B50). Program B50 ditargetkan berjalan pada 2026.
"Arahan dari pak Menteri (Bahlil Lahadalia), 2026 sudah bisa masuk ke 50 persen. Namun saat ini kami sedang melakukan pengujian teknis untuk mempersiapkan hal tersebut," kata Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (Dirjen EBTKE) Kementerian ESDM Eniya Listiani Dewi di Jakarta, Selasa (18/2/2025).
Pengujian teknis untuk B50 akan dilakukan selama kurang lebih setengah tahun. Uji coba tersebut akan meliputi berbagai sektor seperti industri, maritim, pertambangan, pertanian hingga otomotif.
"Persiapan untuk menuju B50 sudah dilakukan dengan melakukan uji teknis. Saat ini berlangsung dan ini mungkin dibutuhkan sekitar 6 bulan untuk persiapan pengujian teknis di berbagai sektor," ujarnya.
Selain kajian teknis, Eniya menyampaikan bahwa pemerintah mulai melakukan kajian perekonomian terkait dengan harga yang harus dibayarkan oleh konsumen. Menurut Eniya, hal ini juga telah dilakukan pada bahan bakar biodiesel 40 persen (B40) yang sudah diterapkan pada 1 Januari 2024.
Sebelumnya, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menyebut penggunaan bahan bakar B50 dapat membebaskan Indonesia dari ketergantungan impor terhadap solar.
"Jadi implementasi B40 di 2025 sambil mempersiapkan implementasi B50 2026. Kalau ini yang kita lakukan, maka impor kita terhadap solar insya Allah dipastikan tidak ada lagi di 2026," kata Bahlil di Jakarta, Jumat (3/1).
Presiden Prabowo Subianto telah memberi arahan langsung untuk mendorong penggunaan biofuel B50 pada 2026 guna menciptakan kedaulatan energi.
Ia optimistis implementasi B50 pada 2026 dapat meningkatkan cadangan energi Indonesia, yang selaras dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan energi domestik secara mandiri.