ESGNOW.ID, BALTIMORE – Kebakaran hutan Amazon tak hanya mengancam ekosistem lokal, tetapi juga diduga berdampak pada pencairan es laut di Antartika. Penelitian tim ilmuwan dari University of Maryland, Amerika Serikat, menunjukkan bahwa karbon hitam (jelaga) dari kebakaran hutan di Amerika Selatan dapat terbawa angin ke Antartika, mengendap di atas es, dan mempercepat pencairannya.
“Ketika jelaga menghitamkan permukaan es, salju tidak lagi memantulkan panas secara efektif dan mulai menyerap energi matahari. Ini mempercepat proses pencairan,” kata pemimpin tim peneliti Sudip Chakraborty, dikutip dari Science News, Sabtu (19/4/2025).
Penelitian ini terinspirasi dari praktik tebang dan bakar yang meningkat selama pemerintahan mantan Presiden Brasil Jair Bolsonaro (2019–2023). Kebijakan tersebut berkontribusi pada lonjakan titik api di Amazon yang mencapai 89 ribu hotspot—jumlah tertinggi sejak 2008.
Menggunakan data satelit, tim meneliti lima wilayah perairan di sekitar Antartika, termasuk Laut Ross, Weddell, Bellingshausen-Amundsen, Samudra Hindia, dan Pasifik. Mereka memantau konsentrasi karbon hitam, tingkat pantulan sinar matahari, radiasi, dan perubahan es laut selama dua periode: Agustus 2018–Februari 2019 dan Agustus 2019–Februari 2020.
Hasilnya, Laut Weddell menunjukkan penyusutan es terbesar saat konsentrasi karbon hitam di atmosfer meningkat. Dalam kurun 2019–2020, area es yang mencair di wilayah tersebut melonjak dari 13.000 km² menjadi 33.000 km²—hampir tiga kali lipat dibandingkan periode sebelumnya.
Para ilmuwan menduga “sungai aerosol”—jalur angin yang membawa partikel karbon hitam dari Amazon—berperan penting dalam fenomena ini. Meskipun demikian, Chakraborty mengakui masih ada faktor lain seperti arus laut, suhu atmosfer, dan keasaman air yang juga memengaruhi pencairan es.
Menurut glasikolog dari Federal University of Rio Grande do Sul, Jefferson Cardia Simões, hasil penelitian ini memperkuat bukti bahwa emisi dari daratan, termasuk karbon hitam, dapat berdampak pada ekosistem kutub.
“Endapan karbon hitam mempercepat pencairan es laut, dan ketika es laut menghilang, ia tidak lagi melindungi es daratan. Inilah yang berpotensi menaikkan permukaan air laut secara global,” ujarnya.
Meski begitu, Simões dan ahli glasiologi dari Denmark, William Colgan, menilai masih terlalu dini untuk menyimpulkan hubungan langsung antara jelaga Amazon dan pencairan es di Antartika secara eksklusif. Namun, pola angin yang mengarah dari Amerika Selatan ke Antartika menjadikan dugaan ini sangat masuk akal.
Colgan menambahkan, sumber jelaga kemungkinan besar memang berasal dari Amazon, bukan Australia, karena arah angin pada saat itu tidak mendukung perpindahan partikel dari wilayah selatan Samudra Pasifik.
Penelitian ini memperkuat pemahaman bahwa perubahan iklim adalah isu global yang saling terhubung. Aktivitas manusia di satu benua dapat mempercepat kerusakan lingkungan di wilayah paling terpencil di dunia.
Jika dibiarkan, hilangnya es laut bisa mempercepat pencairan es daratan Antartika, yang secara langsung akan meningkatkan permukaan air laut dan mengancam jutaan penduduk pesisir dunia.