Senin 21 Jul 2025 16:00 WIB

KAI Gunakan PLTS di 53 Lokasi, Kurangi Ketergantungan Energi Fosil

Penggunaan PLTS masuk dalam kebijakan operasional ramah lingkungan.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Satria K Yudha
Rangkaian kereta rel listrik (KRL) Commuterline melintas di samping proyek pembangunan Stasiun Jatake, Pagedangan, Kabupaten Tangerang, Banten, Rabu (16/7/2025). Pembangunan stasiun baru di lintas Tanah Abang - Rangkasbitung yang nantinya terintegrasi dengan pusat perbelanjaan tersebut telah mencapai 92,78 persen pada bagian konstruksi fisik dan ditargetkan rampung pada akhir Juli 2025.
Foto: ANTARA FOTO/Putra M. Akbar
Rangkaian kereta rel listrik (KRL) Commuterline melintas di samping proyek pembangunan Stasiun Jatake, Pagedangan, Kabupaten Tangerang, Banten, Rabu (16/7/2025). Pembangunan stasiun baru di lintas Tanah Abang - Rangkasbitung yang nantinya terintegrasi dengan pusat perbelanjaan tersebut telah mencapai 92,78 persen pada bagian konstruksi fisik dan ditargetkan rampung pada akhir Juli 2025.

ESGNOW.ID,  JAKARTA — PT Kereta Api Indonesia (Persero) mulai memperluas inisiatif energi terbarukan dan efisiensi operasional sebagai bagian dari pengurangan emisi sektor transportasi. Salah satu langkah yang diterapkan adalah pemasangan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di 53 stasiun dan sejumlah fasilitas kerja lainnya.

“Sistem ini menggunakan panel surya on-grid untuk mendukung kebutuhan listrik siang hari, seperti pencahayaan dan pendinginan,” kata Vice President Public Relations KAI Anne Purba, Senin (21/7/2025).

Baca Juga

Ia menyebut penerapan energi terbarukan di lingkungan KAI, menurunkan konsumsi listrik dari sumber konvensional dan mengurangi emisi karbon.

Instalasi PLTS juga dilakukan di gedung Jakarta Railway Center, balai yasa di Tegal, Lahat, Yogyakarta, dan Surabaya Gubeng, serta fasilitas pendukung lain seperti Cipinang, Banjar, Kertosono, dan Soka. PLTS tersebut masuk dalam kebijakan operasional ramah lingkungan yang mulai diadopsi secara bertahap oleh perusahaan.

Di sisi layanan, KAI menambahkan fitur carbon footprint dalam aplikasi Access by KAI, yang memberikan informasi jejak karbon moda transportasi kepada pelanggan. Anne mengatakan fitur ini ditujukan untuk edukasi dan pelibatan publik dalam isu transisi energi.

Selain itu, sistem Track-Mod dan Smart Rail juga dikembangkan sebagai upaya pengurangan gangguan perjalanan dan efisiensi perawatan jalur.

Di sisi lingkungan, KAI melakukan penanaman pohon dan penggunaan pupuk organik di lahan perusahaan untuk meningkatkan daya serap karbon tanah.

Ke depan, KAI juga menyatakan akan mengkaji penerapan teknologi penangkapan karbon dan pemantauan iklim, meski belum dirinci waktu maupun lokasi implementasinya.

Untuk mendukung mobilitas publik, KAI memberikan diskon tiket 30 persen untuk kelas ekonomi komersial sejak 5 Juni hingga 31 Juli 2025. Hingga 20 Juli 2025, sebanyak 3,09 juta tiket telah terjual dari total 3,52 juta kursi promo, atau sekitar 88 persen.

Anne menyatakan diskon tersebut ditujukan untuk memperluas keterjangkauan layanan kereta jarak jauh. “Program tarif hemat ini bagian dari strategi memperkuat konektivitas antarwilayah,” katanya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement