Senin 05 May 2025 16:00 WIB

Kajian IESR Ungkap Besarnya Potensi Energi Terbarukan Indonesia

Potensi terbesar ada pasa tenaga angin.

Rep: Lintar Satria/ Red: Satria K Yudha
Warga membersihkan panel surya Pembangkit Listrik Tenaga Hybrid (PLTH) di Dusun Bondan, Desa Ujung Alang, Kampung Laut, Cilacap, Jateng, Rabu (6/10/2021). Warga Dusun Bondan dapat menikmati listrik setelah PT Kilang Pertamina International Unit Cilacap membangun PLTH, yang menggabungkan panel surya dan kincir angin kapasitas 16.200 Watt Peak (WP) yang dimanfaatkan untuk menerangi rumah warga, tempat ibadah, bangunan sekolah, penyulingan air payau menjadi air tawar dan pendingin untuk penyimpanan hasil tangkapan laut warga.
Foto: ANTARA/Idhad Zakaria/rwa.
Warga membersihkan panel surya Pembangkit Listrik Tenaga Hybrid (PLTH) di Dusun Bondan, Desa Ujung Alang, Kampung Laut, Cilacap, Jateng, Rabu (6/10/2021). Warga Dusun Bondan dapat menikmati listrik setelah PT Kilang Pertamina International Unit Cilacap membangun PLTH, yang menggabungkan panel surya dan kincir angin kapasitas 16.200 Watt Peak (WP) yang dimanfaatkan untuk menerangi rumah warga, tempat ibadah, bangunan sekolah, penyulingan air payau menjadi air tawar dan pendingin untuk penyimpanan hasil tangkapan laut warga.

ESGNOW.ID,  JAKARTA — Institute for Essential Services Reform (IESR) mengungkap potensi energi terbarukan Indonesia yang mencapai 333 gigawatt (GW), berdasarkan studi terbaru yang rampung pada Februari 2025. Potensi terbesar berasal dari tenaga angin, surya, dan mini hidro, dengan kapasitas yang layak secara teknis dan finansial.

“Potensi terbesar ada pada tenaga angin dengan kapasitas 167 GW, diikuti tenaga surya 166 GW, dan mini hidro sekitar 0,7 GW,” ujar Manajer Program Transformasi Sistem Energi IESR Deon Arinaldo dalam audiensi bersama Komisi XII DPR RI, Senin (5/5/2025).

Baca Juga

Deon menjelaskan, studi ini menggunakan pendekatan Geographic Information System (GIS) untuk memetakan potensi lahan, yang kemudian dikombinasikan dengan analisis kelayakan finansial berbasis model project financing. Lokasi dipilih secara ketat, terutama yang berdekatan dengan jaringan atau gardu PLN.

“Kami hanya memilih lahan yang dekat dengan jaringan PLN agar hasilnya benar-benar bisa dikembangkan dan diintegrasikan dengan jaringan listrik nasional,” katanya.

Dalam analisis finansial, IESR mengacu pada tarif energi terbarukan sesuai Perpres Nomor 112 Tahun 2022 dan menetapkan batas minimal internal rate of return (IRR) sebesar 6,96 persen.

“Bahkan ada proyek yang IRR-nya di atas 20 persen, yang tentu sangat menarik untuk investasi,” tambah Deon.

Secara geografis, potensi tenaga surya tersebar di berbagai wilayah, dengan konsentrasi signifikan di Pulau Jawa. Meskipun lahan di Jawa terbatas, infrastruktur jaringan yang memadai membuat banyak lokasi tetap layak dikembangkan.

“Infrastruktur jaringan di Jawa sudah lebih mumpuni, sehingga potensi yang layak tetap banyak ditemukan di sana,” jelasnya.

Data IESR menunjukkan, potensi tenaga surya dengan IRR di atas 10 persen mencapai 13,6 GW di Jawa, sementara Sulawesi, Kalimantan, dan Sumatera masing-masing menyumbang antara 7 hingga 11 GW. Untuk tenaga angin, sebarannya lebih luas di wilayah timur Indonesia seperti Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua.

“Potensi dengan return investasi di atas 10 persen banyak ditemukan di Sulawesi dan Nusa Tenggara, yang juga memiliki kawasan industri sehingga cocok untuk pengembangan energi terbarukan,” ujar Deon.

Adapun potensi mini hidro, meski kapasitasnya relatif kecil (di bawah 10 MW), tersebar dominan di Sumatera dan sebagian kecil di Sulawesi. Teknologi ini dinilai penting untuk menyeimbangkan sistem dan melayani suplai listrik lokal.

Deon menegaskan bahwa besarnya potensi ini perlu ditopang dengan strategi implementasi yang tepat agar bisa menarik investasi. Salah satunya melalui skema power wheeling atau pemanfaatan bersama jaringan transmisi.

“Skema ini memungkinkan pembangkit swasta dan industri untuk memanfaatkan jaringan PLN tanpa harus menunggu proses pengadaan yang panjang,” katanya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement