Kamis 22 May 2025 08:27 WIB

Konservasi Habitat Burung Migran Dinilai Lindungi Ekosistem

Adanya generasi muda di konservasi jadi sinyal positif bagi masa depan lingkungan.

Red: A.Syalaby Ichsan
Penanaman mangrove di World Migratory Bird Day (WMBD) 2025 di Banda Aceh, belum lama ini.
Foto:

Seminar ini menghadirkan tiga narasumber ahli. Dr. Ir. Wira Dharma, dari FMIPA Biologi USK memaparkan pentingnya hutan mangrove sebagai “rumah singgah” bagi burung migran dari berbagai belahan dunia. Ia menyoroti bahwa sekitar 90% burung migrasi di Banda Aceh menjadikan kawasan mangrove sebagai habitat penting. “Menjaga bakau berarti menjaga keseimbangan ekosistem global dan membuka peluang bagi pengembangan ekowisata berbasis konservasi,” jelas dia.

Sementara itu, Drh. Taing Lubis, pengendali ekosistem hutan ahli madya dari BKSDA Aceh, mengingatkan bahwa perburuan terhadap burung migran merupakan tindak pidana berat. “Burung migran merupakan satwa dilindungi secara internasional. Perburuannya dapat dikenakan pidana minimal tiga tahun dan maksimal sepuluh tahun, sesuai dengan UU Pasal 23 Ayat 1,” tegas dia.

Heri Tarmizi dari Aceh Birding Club, narasumber lainnya, menyoroti posisi geografis Aceh sebagai bagian dari jalur migrasi East Asian-Australasian Flyway. Namun, ia juga mengungkap kekhawatiran atas semakin maraknya perburuan liar dan alih fungsi lahan yang mengancam keberlangsungan burung migran di Aceh. “Banyak habitat penting di Banda Aceh sudah ditimbun dan dijadikan permukiman. Ini sangat mempengaruhi populasi burung migran yang hadir setiap tahunnya,” jelas Heri.

Dengan semangat kolaborasi dan keterlibatan lintas sektor, WMBD 2025 di Banda Aceh menjadi momentum penting untuk kembali menegaskan komitmen pelestarian burung migran dan ekosistemnya. IKHW berharap kegiatan semacam ini terus diperluas untuk memperkuat kesadaran dan aksi nyata masyarakat dalam menjaga keanekaragaman hayati.

Yuk gabung diskusi sepak bola di sini ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement