ESGNOW.ID, JAKARTA -- Ibu kota negara (IKN) baru Nusantara dirancang menjadi kota hutan yang ramah lingkungan dan rendah emisi karbon. Namun selama prosesnya, tim perancang menemukan berbagai tantangan yang harus dihadapi termasuk terkait topografi.
“Topografi di IKN Nusantara itu sangatlah unik, dan ini adalah sesuatu yang belum kami hadapi sebelumnya, namun sekarang tentu kami harus menghadapinya,” kata Co-Founder Urban+ Design dan salah satu perancang IKN, Ardzuna Sinaga, dalam diskusi yang diselenggarakan @america di Jakarta, Selasa (3/10/2023).
Ia menjelaskan bahwa IKN Nusantara yang berlokasi di Kalimantan Timur merupakan area yang sangat hijau. Kondisi ini pada akhirnya membuat dia dan tim arsitek berusaha untuk bagaimana bisa membangun kota namun tetap melestarikan vegetasi lokal, intervensi minimum terhadap topografi bukit dan lembah, melestarikan area riparian, serta mitigasi ekosistem hutan dan habitat.
“Jadi ini benar-benar terlihat seperti representasi dari Indonesia, sebuah negara kepulauan yang semua bangunan yang dibangun harus bersebelahan dengan alam dan semua hal ini sebenarnya memberikan tantangan bagi kita,” kata dia.
Ardzuna juga menyinggung perihal koordinasi sebagai sebuah tantangan. “Banyak orang, banyak organisasi yang harus bekerja sama. Termasuk bagaimana koordinasi antar partai, jadi kami harus mempelajarinya juga,” kata dia.
Perencanaan kawasan inti pusat pemerintahan (KIPP) juga mengadaptasi morfologi alam Kalimantan sebagai model ekologi menuju keberlanjutan. Struktur Ibu Kota dibentuk sebagai adaptasi kesatuan Kepulauan Nusantara. Konfigurasi pepohonan hutan Kalimantan diterjemahkan pada perencanaan lingkungan terbangun yang berkesinambungan dan selaras dengan alam.
“Untuk membuat kota berkelanjutan itu adalah sebuah proses yang rumit. Keberlanjutan tidak hanya tentang fisik, saya yakin semua orang setuju akan hal itu, namun keberlanjutan sosial dan budaya merupakan hal yang paling agung dan merupakan hal yang harus kita capai bersama,” kata dia.
Ia kemudian menjelaskan bahwa IKN Nusantara dibangun atas lima prinsip. Pertama, transformasi bekerja yaitu kota yang menjunjung tinggi kolaborasi dan keterhubungan antar semua pihak dengan menerapkan desain kompleks pemerintahan yang terkonsolidasi dan terkoneksi antarbangunan.
Lalu ada smart living, yang mengedepankan kehidupan yang efisien, liveable untuk mewujudkan hunian inklusif berbasis komunitas. Prinsip ketiga adalah transformasi mobilitas yaitu sebuah ibu kota berbasis transit yang mengutamakan pergerakan cepat, efisien, dan sehat bagi warga kota yang ditunjang 80 persen transit menggunakan transportasi publik.
Keempat ada transformasi kelestarian lingkungan, dimana konsep ini untuk menjaga ekosistem alam dan kehidupan yang bersinergi dengan alam. Lalu prinsip kelima adalah transformasi berbangsa dan berbudaya, yang mengedepankan kehidupan berbangsa dan berbudaya melalui ruang-ruang bersama untuk menghadirkan kesatuan dan kebhinekaan nusantara.