ESGNOW.ID, JAKARTA -- Semen merupakan bahan konstruksi yang sangat penting dalam pembangunan jalan, gedung, ataupun lainnya. Sayangnya, merujuk data Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) RI, produksi semen yang belum memenuhi kategori ramah lingkungan menyumbang sekitar 5 persen dari total gas emisi karbon secara global.
Sebagai upaya mengurangi emisi karbon, perusahaan semen dan bahan material, SCG, telah mengembangkan semen yang lebih ramah lingkungan, yaitu semen SCG Portland Composite (PCC). Diproduksi oleh pabrik PT Semen Jawa & PT Tambang Semen Sukabumi yang beroperasi di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, semen tersebut telah memenuhi sertifikasi Green Label.
Country Director SCG di Indonesia Warit Jintanawan, menjelaskan bahwa semen SCG PCC adalah jenis semen portland yang secara bahan baku telah disubtitusi dengan bahan daur ulang dari Semen Slag atau menggunakan abu terbang. Kedua bahan baku tersebut dinilai memiliki nilai tambah berupa penghematan biaya dan peningkatan keawetan hingga kemudahan pelaksanaannya.
“Kami percaya bahwa integrasi antara pengembangan kualitas produk harus setara dengan upaya perlindungan terhadap lingkungan. Sebagai perusahaan yang menempatkan prinsip ESG 4 Plus dalam operasionalnya, sertifikasi Green Label sangat penting bagi kami sebagai wujud komitmen kepada pelanggan-pelanggan setia dalam menghasilkan produk berkualitas serta ramah lingkungan,” kata Warit dalam pertemuan dengan media di Jakarta, Rabu (11/10/2023).
Green Label adalah sertifikasi produk hijau dan ramah lingkungan yang secara resmi dikeluarkan oleh Lembaga Green Product Council Indonesia (GPCI). Produk Semen SCG berhasil mendapatkan predikat gold atau sangat baik dengan memperoleh lebih dari 85 persen kriteria penilaian yang ditentukan GPCI, meliputi aspek efisiensi energi, manfaat lingkungan, komposisi bahan, proses manufaktur, dampak kesehatan, dan mekanisme pembuangan produk.
“Hal ini sangat penting bagi SCG untuk memastikan semua produk yang dijual ke masyarakat berkualitas dan ramah lingkungan,” jelas Warit.
Selain Semen SCG PCC, SCG juga memilki beberapa produk yang sudah tersertifikasi secara internal sebagai produk ramah lingkungan melalui SCG Green Choice yaitu Jayamix Low Heat Concrete, Jayamix Synthetic Fiber Concrete, dan Jayamix Marine Concrete.
SCG Green Choice adalah sertifikasi internal perusahaan terhadap produk yang telah memenuhi standar ISO 14021 sebagai produk yang telah teruji ramah lingkungan. Untuk memenuhi kriteria, produk-produk tersebut harus memenuhi sedikitnya 1 dari 8 kriteria berikut ini, yaitu Reduced Resource Use, Renewable Energy, Reduced Water Consumption, Healthy or Hygiene, Extended Life Product, Greenhouse Gas Reduction, Reusable or Refillable, dan Compostable.
Warit menerangkan, Jayamix Low Heat Concrete dirancang untuk panas hidrasi yang lebih rendah dibandingkan dengan beton normal yang cocok untuk membangun proyek-proyek besar seperti bendungan dan dinding diafragma. Sementara Jayamix Synthetic Fiber Concrete cocok digunakan untuk mengurangi penggunaan wiremesh atau tulangan dalam konstruksi khususnya untuk pekerjaan perkerasan jalan.
Selanjutnya, Jayamix Marine Concrete, dirancang untuk tahan terhadap lingkungan laut, yang mengandung klorida dan sulfat yang berbahaya bagi tulangan dan beton. Kualitas bahan-bahan tersebut mampu menahan konsentrasi klorida hingga 10 ribu sampai 27 ribu ppm dan konsentrasi sulfat hingga 10 ribu ppm.
Sustainable Development Officer SCG Indonesia, Saarah Thifal Aini, mengungkapkan bahwa permintaan pasar terhadap produk semen yang ramah lingkungan juga sudah cukup tinggi. Pasalnya, menurut dia, semua pihak kini telah didorong untuk melakukan transisi energi bersih.
“Permintaannya iya sudah banyak. Dan dari segi harga semen memang lebih mahal, tapi perbedaan harganya tidak terlalu signifikan,” kata Saarah.
Ia menambahkan, semen PCC memiliki beberapa keunggulan termasuk memiliki panas hidrasi rendah sehingga akan lebih mudah dalam proses pengerjaan dan dapat menghasilkan permukaan beton serta plester yang lebih halus. Selain itu, PCC juga memiliki daya rekat yang kuat, kedap air, dan kekuatan tekan yang baik.
“Jadi walaupun dari segi harga lebih mahal, tapi semen jenis ini memiliki keunggulan juga lebih tahan lama, sehingga dapat mendukung upaya-upaya transisi energi bersih,” kata Saarah.