Namun dari hitung-hitungan para ahli sejauh ini, sedotan non-plastik bagaimanapun, tetap dinilai lebih baik daripada sedotan plastik. Profesor sistem keberlanjutan di University of Michigan, Shelia Miller, menyatakan bahwa sebagian besar sedotan plastik akhirnya dibakar atau dibuang ke tempat pembuangan sampah.
Setelah berada di tempat pembuangan sampah, plastik terurai secara perlahan, terurai menjadi mikroplastik yang dapat terlepas ke lingkungan yang lebih luas atau bahkan menghasilkan kontaminasi bahan kimia yang berbahaya. Namun, jumlah gas rumah kaca yang dihasilkan oleh sedotan plastik relatif rendah.
"(Menghindari) satu perjalanan mobil sejauh 72,4 km setara dengan tidak menggunakan botol air plastik selama empat tahun. Jadi, bagaimanapun plastik itu sangat mengkhawatirkan," kata Miller, yang melakukan penghitungan ini dengan menggunakan Model Pengurangan Limbah EPA AS, seperti dilansir BBC, Kamis (9/11/2023).
Global Plastics Outlook memperkirakan sekitar 380 juta ton sampah plastik diproduksi secara global setiap tahunnya, dengan sekitar 23 juta ton di antaranya berakhir di lingkungan. Diperkirakan sekitar 1,7 juta ton dari jumlah tersebut berakhir di lautan setiap tahunnya, meskipun penelitian lain menyebutkan angka antara 4,8 hingga 12,7 juta ton.
Dari 380 juta ton sampah plastik yang dihasilkan, sekitar 43 juta ton berasal dari produk konsumen yang mencakup plastik sekali pakai dari industri makanan dan minuman. Sekitar 14 juta ton di antaranya, atau 3,7 persen dari total sampah plastik, terbuat dari polipropilena, bahan utama yang digunakan dalam sedotan plastik.
Di lautan, jaring ikan adalah salah satu bentuk polusi plastik yang paling banyak ditemukan. Sebuah penelitian yang diterbitkan pada tahun 2018 menemukan bahwa 46 persen dari 1,8 triliun potongan plastik yang diperkirakan ada di Great Pacific Garbage Patch yang terkenal berasal dari jaring ikan. Jadi, mengapa sedotan plastik menjadi lambang dari masalah polusi plastik jika dampaknya minimal?
"Sedotan menjadi simbol dari masalah polusi plastik, dan kita bisa mengambil bagian untuk tidak memilihnya. Krisis global seperti polusi plastik hanya bisa diselesaikan jika semua orang melakukan bagiannya masing-masing,” kata Erin Simon, wakil presiden World Wildlife Fund.