ESGNOW.ID, JAKARTA -- Polusi dan aktivitas manusia memiliki efek riak di mana pun tanaman tumbuh, dan salah satu efeknya adalah berkurangnya lahan bagi tanaman untuk tumbuh dibandingkan sebelumnya. Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa, dunia kehilangan sekitar 621.206 kilometer persegi lahan produktif per tahun akibat badai pasir dan debu, hasil dari aktivitas manusia
Konvensi PBB untuk Memerangi Penggurunan (UNCCD) baru-baru ini mengeluarkan sebuah laporan yang menyoroti masalah hilangnya lahan akibat badai pasir, yang telah melanda sebagian besar wilayah Afrika dan Asia. Menurut laporan tersebut, setidaknya 25 persen dari badai tersebut dapat dikaitkan dengan aktivitas manusia, seperti penambangan dan penggembalaan yang berlebihan.
Menurut laporan UNCCD, ini sangat mengkhawatirkan karena dengan dampak yang jauh melampaui wilayah sumbernya, diperkirakan 2 miliar ton pasir dan debu sekarang memasuki atmosfer setiap tahun, jumlah yang sama beratnya dengan 350 Piramida Agung Giza. Dan meskipun badai pasir biasa terjadi di banyak wilayah, frekuensi dan intensitas yang baru ini tidak.
"Kita berada dalam lingkaran setan, di mana degradasi lahan memicu perubahan iklim dan perubahan iklim memperparah hilangnya lahan di dunia," ujar Ibrahim Thiaw, sekretaris eksekutif UNCCD, seperti dilansir The Cool Down, Jumat (15/12/2023).
Thiaw kemudian menjelaskan bahwa badai pasir terus membuat semakin banyak lahan yang tidak dapat ditanami. Hal ini kemudian mempengaruhi kemampuan masyarakat untuk mendapatkan makanan di beberapa negara yang paling rentan di dunia.
"Hal ini tidak hanya berdampak pada individu. Hal ini mempengaruhi seluruh masyarakat,” kata dia.
UNCCD memiliki beberapa rekomendasi terkait langkah-langkah yang dapat diambil untuk mencegah kehilangan lahan lebih lanjut. Salah satunya, dikatakan bahwa pendanaan perlu ditingkatkan untuk mengatasi masalah ini, yang sejauh ini kurang mendapat perhatian dibandingkan dengan isu-isu lain yang disebabkan oleh polusi yang disebabkan oleh manusia.
Selain itu, insentif baru juga diperlukan bagi sektor swasta untuk bertanggung jawab atas lahan yang mereka rusak. Seperti yang dikatakan Thiaw, Cina telah berhasil memerangi penggurunan dan mengendalikan debu, dengan menerapkan program pengelolaan, restorasi, dan penghijauan lahan.