ESGNOW.ID, JAKARTA -- Perubahan iklim, pemanasan suhu, dan peningkatan kepadatan air laut global menyebabkan hilangnya oksigen di lingkungan laut secara terus-menerus. Hal ini menjadi ancaman serius bagi keanekaragaman hayati.
Diperkirakan, lautan telah kehilangan sekitar 2 persen oksigen terlarut sejak tahun 1950-an dan akan kehilangan hingga 4 persen pada tahun 2100. Tingkat kehilangan ini bisa lebih tinggi di beberapa lokasi, seperti wilayah pesisir. Selain itu juga dapat menyebabkan pergeseran distribusi spesies, penurunan stok ikan dan keanekaragaman hayati, serta perubahan siklus nutrisi yang mendorong peningkatan emisi gas rumah kaca atau pertumbuhan ganggang yang tidak biasa.
Sebuah wilayah yang sedang berkembang di Teluk Santo Lawrence dan St Lawrence Estuary saat ini terancam oleh penurunan oksigen di perairan bawah permukaan, yang sebagian disebabkan oleh penurunan pasokan air yang kaya akan oksigen ke teluk melalui Selat Cabot antara Nova Scotia dan Newfoundland.
Kini, dalam sebuah studi baru yang diterbitkan dalam Mitigation and Adaptation for Global Change, para ilmuwan menyarankan salah satu cara untuk membendung kehilangan tersebut adalah dengan memompa oksigen kembali ke lautan menggunakan produk sampingan dari produksi hidrogen hijau.
Sebuah tim peneliti di Dalhousie University telah menunjukkan bahwa industri hidrogen hijau yang diusulkan, secara regional, dapat menghasilkan lebih dari cukup oksigen untuk menyamai jumlah oksigen yang saat ini hilang dari Teluk St Lawrence.
"Oksigen yang dihasilkan dalam produksi hidrogen biasanya akan dilepaskan ke atmosfer, tetapi berpotensi dialihkan ke laut untuk mengoksidasi kembali lingkungan laut," kata pemimpin studi, Doug Wallace seperti dilansir Phys, Jumat (26/1/2024).
Wallace, yang juga seorang ahli kimia kelautan dan profesor di Departemen Oseanografi Dalhousie, memimpin inisiatif penelitian ini bersama rekan-rekannya dari Dalhousie, GEOMAR di Kiel Jerman, dan McGill University. Mereka menambahkan pelacak yang tidak beracun ke air dalam di teluk sekitar 130 kilometer dari lokasi pembangkit hidrogen yang diusulkan, dan menunjukkan bahwa oksigen yang disuntikkan akan mengalir ke daerah yang terancam dalam 1,5 hingga 4 tahun.