ESGNOW.ID, JAKARTA -- Indonesia telah menyusun rencana untuk membangun pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN). Dewan Energi Nasional (DEN) bahkan menargetkan pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) pertama di Indonesia dimulai pada 2032.
DEN pun yakin proyeksi pembangunan tersebut dapat tercapai. Sekretaris Jenderal DEN Djoko Siswanto mengungkapkan, kajian rencana pembangunan PLTN dengan kapasitas sekitar 250 megawatt (MW) itu sudah lengkap. "Kajiannya sudah lengkap, rancangannya sedang diperiksa oleh BAPETEN (Badan Pengawas Tenaga Nuklir) untuk mendapatkan izin sementara," katanya melalui aplikasi pesan singkat, Rabu (19/6/2024).
Rencana pembangunan PTLN sebelumnya mengemuka dalam pertemuan DEN dengan EXCEL Services Corporation pekan lalu. Dalam kesempatan itu, Anggota DEN Agus Puji Prasetyono mengatakan pembangunan PLTN pertama diproyeksikan mulai dibangun pada tahun 2032 secara bertahap bersamaan dengan penghentian PLTU dengan proyeksi kapasitas pembangkit listrik tenaga nuklir sekitar 45–54 GW, termasuk untuk produksi hidrogen pada tahun 2060.
Djoko yakin rencana pembangunan PLTN tersebut akan tercapai. "Sangat mungkin tercapai karane investasinya dari luar negeri, bukan APBN kita sangat terbuka untuk mendatangkan investasi dari luar negeri," katanya.
Dalam siaran pers DEN, Kamis (13/6/2024), dalam pertemuan itu CEO EXCEL Services Corporation, Donald R. Hoffman mengatakan pentingnya kajian akademis untuk mendukung pengembangan PLTN di Indonesia, selain isu teknologi, sosial, geopolitik serta ekonomi. Hal penting lainnya adalah isu keamanan. Isu keamanan PLTN perlu disertai dengan perhitungan akademisi yang matang.
"Keselamatan, keamanan dan pengamanan dalam pembangunan nuklir menjadi hal yang penting," katanya.
Menurut Donald, ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan sebelum membangun PLTN, antara lain, pencarian lokasi yang aman, jauh dari risiko bencana alam, serta perlunya pendekatan ke masyarakat. Djoko mengatakan pembangunan PTLN ini akan dilakukan di daerah yang tidak pernah dilanda bencana alam seperti gempa.
"Rencananya dibangun di lokasi yang tidak pernah terjadi gempa dan di lokasi yang tidak ada penduduk dan floating tepi pantai yang tidak ada ombak sehingga jika terjadi gempa maka goncangannya tidak berpengaruh," kata Djoko.