ESGNOW.ID, JAKARTA - Pimpinan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) meminta semua pihak untuk mewaspadai potensi banjir disertai tanah longsor pada awal Agustus. Musibah banjir berpotensi terjadi di sebagian daerah Indonesia bagian tengah dan timur.
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari di Jakarta, Rabu (31/7/2024), mengatakan bahwa wilayah Indonesia bagian tengah dan timur mayoritas masih akan diguyur hujan dengan intensitas sedang hingga deras pada dasarian I Agustus yang dipengaruhi oleh fenomena atmosfer gelombang ekuator.
Selain itu, potensi hujan juga akan meningkat dibandingkan hari sebelumnya dalam sepekan ke depan. Menurut dia, hal tersebut diketahui merujuk dari hasil analisa tim Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) yang memprakirakan wilayah Indonesia akan kembali menghadapi fenomena La Nina.
Pusat Pengendalian Operasi BNPB memetakan selama periode tersebut wilayah yang berada dalam kerawanan bencana hidro-meteorologi basah menyasar Sulawesi (Sulawesi Tengah, Utara, Selatan, Gorontalo), Maluku (Maluku Utara) dan mayoritas daerah di Papua.
Menyikapi hal itu, BNPB mengimbau kepada masyarakat untuk mengikuti pedoman kewaspadaan seperti jika terjadi hujan dengan intensitas lebat hingga lebih dari satu jam dengan jarak pandang kurang dari 100 meter, maka masyarakat yang tinggal di lereng tebing maupun bantaran tanggul atau sungai agar mengevakuasi diri sementara ke tempat yang lebih aman.
Masyarakat bersama pemerintah daerah setempat juga diharapkan dapat bersinergi dalam upaya mengurangi dampak risiko bencana dan selalu ikuti perkembangan prakiraan cuaca setiap waktu dari BMKG.
Abdul menyebutkan, selain Kabupaten Luwu dan Gorontalo, Halmahera Tengah menjadi daerah yang memiliki kerawanan banjir disertai longsor cukup tinggi merujuk topografi dan data inventaris wilayah sebaran yang terdampak dalam kejadian bencana serupa beberapa hari lalu.
Hujan dapat kembali memicu meluapnya air aliran Sungai Kobe, dan Sungai Lukulamo yang cukup besar dan deras di Halmahera Tengah.
Menurut dia, pada 25 Juli lalu ada 1.870 warga terdampak, 467 rumah rusak. Meski air sudah surut, namun sebagian masyarakat masih bertahan di delapan titik pengungsian yang disiapkan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat.