Rabu 14 Aug 2024 14:14 WIB

Perubahan Iklim Picu Hujan Ekstrem di India, Korban Jiwa Berjatuhan

Suhu ekstrem di Asia diperparah perubahan iklim.

Rep: Lintar Satria / Red: Satria K Yudha
 Tim SAR melakukan operasi pencarian setelah tanah longsor melanda Chooralmala di distrik Wayanad, negara bagian selatan Kerala, India.
Foto: REUTERS/Francis Mascarenhas
Tim SAR melakukan operasi pencarian setelah tanah longsor melanda Chooralmala di distrik Wayanad, negara bagian selatan Kerala, India.

ESGNOW.ID,  KERALA -- Organisasi ilmuwan internasional World Weather Attribution (WWA) mengatakan, perubahan iklim memperkuat hujan deras yang mengakibatkan longsor yang menewaskan lebih dari 200 orang di India. WWA mengatakan perubahan iklim memperkuat hujan yang mengguyur Kerala bulan lalu itu hingga 10 persen.

Longsor di pesisir Negara Bagian Wayanad pada 30 Juli itu merupakan bencana terburuk di daerah itu sejak 2018, ketika banjir menewaskan lebih dari 400 orang. WWA yang meneliti peran dampak perubahan iklim pada cuaca ekstrem mengatakan, perubahan iklim menyebabkan hujan deras satu hari yang mengguyur Wanayasa 10 persen lebih kuat.

Kepala Kementerian Kerala Pinarayi Vijayan menyalahkan hujan deras tak terduga atas kematian para korban. Ia mengatakan curah hujan yang diterima Kerala mencapai hingga 572 milimeter selama 48 jam, dua kali lipat dari prediksi sebelumnya.

Penelitian WWA mengatakan, hujan deras satu hari Kerala akan persen lebih deras bila dunia tidak beralih dari bahan bakar fosil dan suhu bumi 2 derajat Celsius lebih panas.

"Penelitian ini menemukan peningkatan curah hujan yang dipicu perubahan iklim kemungkinan meningkatkan potensi sejumlah longsor di masa depan," kata penelitian itu, Rabu (14/8/2024).

Penelitian mengatakan meminimalkan deforestasi dan penggalian, memperkuat lereng yang rentan, dan membangun struktur penahan untuk melindungi daerah-daerah yang rentan merupakan beberapa langkah yang direkomendasikan untuk mencegah bencana serupa di masa depan.

Pada awal bulan ini, beberapa ahli mengatakan curah hujan yang tinggi dalam dua pekan sebelum longsor, yang melunakkan tanah, serta pembangunan berlebihan dan pariwisata yang tidak terkendali di negara bagian ini mungkin juga merupakan faktor yang berkontribusi. "Selain mitigasi, adaptasi juga sangat penting," kata salah satu penulis penelitian tersebut Maja Vahlberg.

Vahlberg menyerukan agar dilakukan penilaian yang lebih ketat terhadap tanah longsor serta sistem peringatan dini dan evakuasi yang lebih baik. Tanah longsor ini merupakan bencana terbaru dari serangkaian bencana terkait cuaca di India yang oleh beberapa ahli dikaitkan dengan perubahan iklim, mulai dari melonjaknya suhu dan gelombang panas yang panjang hingga hujan lebat dan angin topan.

Dalam laporan bulan Mei lalu, WWA menyimpulkan suhu ekstrem di Asia pada bulan sebelumnya diperparah oleh perubahan iklim yang disebabkan aktivitas manusia. 

sumber : Reuters
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement