Senin 16 Dec 2024 16:05 WIB

Pertamina Siap Olah 6.000 barel Minyak Jelantah Jadi Bahan Bakar Pesawat Ramah Lingkungan

Pertamina olah minyak jelantah jadi bahan baku Sustainable Aviation Fuel (SAF)

Red: Intan Pratiwi
Pekerja Pertamina memeriksa fasilitas produksi di unit Kilang Langit Biru Cilacap (KLBC) yang dikelola PT Kilang Pertamina Internasional Unit Cilacap, Jawa Tengah, Jumat (25/10/2024). Kilang Cilacap merupakan salah satu kilang besar yang dikelola oleh PT Kilang Pertamina Internasional yang memiliki kapasitas pengolahan 348 ribu barrel per hari. Kilang Cilacap merupakan kilang penghasil avtur terbesar milik Pertamina dan menghasilkan produk gasoline berkualitas tinggi dari unit Kilang Langit Biru Cilacap (KLBC) serta unit Residual Fluid Catalytic Cracking (RFCC).  Unit RFCC sendiri beroperasi sejak tahun 2015, sementara unit KLBC tahun 2020.
Foto: Republika/Prayogi
Pekerja Pertamina memeriksa fasilitas produksi di unit Kilang Langit Biru Cilacap (KLBC) yang dikelola PT Kilang Pertamina Internasional Unit Cilacap, Jawa Tengah, Jumat (25/10/2024). Kilang Cilacap merupakan salah satu kilang besar yang dikelola oleh PT Kilang Pertamina Internasional yang memiliki kapasitas pengolahan 348 ribu barrel per hari. Kilang Cilacap merupakan kilang penghasil avtur terbesar milik Pertamina dan menghasilkan produk gasoline berkualitas tinggi dari unit Kilang Langit Biru Cilacap (KLBC) serta unit Residual Fluid Catalytic Cracking (RFCC). Unit RFCC sendiri beroperasi sejak tahun 2015, sementara unit KLBC tahun 2020.

ESGNOW.ID,  JAKARTA -- Subholding Kilang Pertamina Internasional (KPI) melalui Green Refinery Cilacap akan mengolah feedstock minyak jelantah atau Used Cooking Oil (UCO) dengan kapasitas 6.000 barrel per hari untuk menghasilkan HVO (Hydrotreated Vegetable Oil) dan SAF (Sustainable Aviation Fuel) dengan total produksi diperkirakan mencapai sekitar 300 ribu kiloliter per tahun.

Bahan bakar pesawat ramah lingkungan ini dapat mendukung pasokan untuk implementasi penggunaan SAF dalam bahan bakar industri aviasi, selaras dengan Peta Jalan dan Rencana Aksi Nasional Pengembangan Industri Sustainable Aviation Fuel.

Direktur Utama KPI Taufik Aditiyawarman menjelaskan proyek pengolahan minyak jelantah menjadi SAF merupakan komitmen perusahaan dalam mengembangkan energi bersih. Kolaborasi menjadi titik tekan perusahaan dan mampu mengatasi berbagai hambatan dan menjadi contoh sukses dalam pengembangan energi berkelanjutan.

“Proyek Green Refinery ini bukan hanya tentang menyediakan sumber energi alternatif, tetapi juga menciptakan nilai tambah bagi masyarakat, mendukung pertumbuhan lokal, serta mengurangi dampak lingkungan,” kata Taufik.

Kilang Cilacap sendiri ini saat ini telah mampu menghasilkan HVO dan SAF. Untuk HVO diolah dari bahan baku Refined Bleached Deodorized Palm Oil (RBDPO), yang diberi nama Pertamina Renewable Diesel (RD) dan 100% berasal dari minyak nabati. Sementara SAF 2,4% dari bahan baku Refined Bleached Deodorized Palm Kernel Oil (RBDPKO) atau dari inti sawit yang diproses.

Produk HVO yang dihasilkan selanjutnya akan menjadi komponen blending dalam diesel yang memiliki kualitas superior dibandingkan dengan biodiesel FAME, serta dirancang memenuhi standar tertinggi untuk penggunaan di negara-negara dengan empat musim seperti pasar Eropa dan Amerika.

Dengan mengolah UCO menjadi bahan bakar yang ramah lingkungan, proyek ini tidak hanya berfokus pada penyediaan sumber energi terbarukan tetapi juga berperan dalam pengurangan emisi gas rumah kaca dan pencemaran udara.

Inisiatif Green Refinery di Cilacap secara jelas mencerminkan komitmen Indonesia terhadap transisi energi yang lebih bersih, serta menjaga keseimbangan ekosistem demi masa depan yang berkelanjutan. 

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement