Kamis 12 Oct 2023 12:06 WIB

Kilang Pertamina Berhasil Produksi Komersial Bioavtur Pertama di Asia Tenggara

KPI berkomitmen untuk menghasilkan produk avtur dengan kualitas terbaik.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Ahmad Fikri Noor
Pertamina melalui PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) mendukung penuh upaya pemerintah untuk percepatan implementasi energi baru terbarukan (EBT) demi pencapaian target bauran energi EBT 23 persen di 2025 dan penurunan emisi gas rumah kaca (GRK).
Foto: Pertamina
Pertamina melalui PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) mendukung penuh upaya pemerintah untuk percepatan implementasi energi baru terbarukan (EBT) demi pencapaian target bauran energi EBT 23 persen di 2025 dan penurunan emisi gas rumah kaca (GRK).

ESGNOW.ID,  JAKARTA — Pertamina melalui PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) mendukung penuh upaya pemerintah untuk percepatan implementasi energi baru terbarukan (EBT) demi pencapaian target bauran energi EBT 23 persen pada 2025 dan penurunan emisi gas rumah kaca (GRK). 

Kilang hijau atau green refinery merupakan inisiatif strategis Pertamina dalam mencapai target bauran EBT untuk dapat menghasilkan bahan bakar yang lebih ramah lingkungan dengan menggunakan bahan baku terbarukan (renewable feedstock). 

Baca Juga

Sebagai salah satu entitas bisnis yang bertugas untuk menyediakan energi salah satunya avtur, KPI berkomitmen untuk menghasilkan produk avtur dengan kualitas terbaik yang memenuhi standar internasional dan regulator dalam negeri. Salah satunya melalui produk sustainable aviation fuel (SAF) yang dikembangkan di Kilang Cilacap. 

Proses produk bioavtur-SAF ini dilakukan melalui co-processing ester dan fatty acid (HEFA), yang telah memenuhi standar internasional untuk spesifikasi avtur ASTM D 1655, Defstan 91-91 latest issued, serta SK Dirjen Migas Nomor 59 K Tahun 2022. Selain itu, bioavtur-SAF produksi Kilang Pertamina ini juga telah memenuhi kriteria framework secara global di antaranya CORSIA atau carbon offsetting and reduction scheme for international aviation oleh International Civil Aviation Organization, RefuelEU/Fit55 oleh Uni Eropa, EU/UK Emission Trading, dan Tax Credit IRA USA. 

Masing-masing framework tersebut memiliki persyaratan ketat dalam hal kriteria sustainability dari jenis feedstock, proses produksi sehingga pengembangan bioavtur-SAF di Indonesia harus benar–benar melibatkan seluruh stakeholder dan sesuai dengan sumber daya yang tersedia di Indonesia misalnya dalam hal feedstock.

Direktur Utama KPI Taufik Aditiyawarman menyebut inovasi bioavtur-SAF merupakan upaya KPI dalam menjawab tantangan bisnis dan kebutuhan pasar terkait bahan bakar terbarukan di industri penerbangan sipil sekaligus mendukung komitmen Pemerintah dalam capaian target net zero emission (NZE).

“Salah satu faktor yang menjadi potensi terbesar untuk mengurangi emisi CO2 di industri penerbangan sipil adalah bahan bakar, yaitu bioavtur-SAF. KPI menjawab tantangan ini dengan melakukan serangkaian aktivitas capability development, know–how, research dan commercial production trial pada fasilitas produksi yang ada,” kata Taufik dalam keterangan resminya, Kamis (12/10/2023). 

Bioavtur-SAF telah berhasil melalui uji ground round dan Flight Test SAF pada mesin jet CFM56-7B di Soekarno Hatta International Airport (CGK), Tangerang, Banten. Hal ini menunjukkan tekad KPI untuk menjadi first mover dalam penyediaan bioavtur-SAF di kawasan regional. Sebagaimana diketahui, untuk kawasan regional Asia Tenggara saat ini hanya KPI yang berhasil melakukan commercial production bioavtur hingga uji terbang.

Sebelumnya, produk Bioavtur J 2.4 ini sudah pernah diuji coba produksi di Kilang TDHT/Green Refinery RU IV pada periode 2020-2021 untuk keperluan uji terbang pesawat CN 235 yang teregister militer. Dilanjutkan pada tahun 2023 ini berupa uji coba produksi untuk keperluan uji terbang pesawat komersial Garuda. 

“KPI telah meneguhkan komitmennya untuk menjadi leading dan pioneer dalam pengembangan drop in renewable fuel khususnya bioavtur-SAF yang menjadi jawaban untuk dekarbonisasi industri penerbangan sipil yang dikategorikan hard to abate sector,” ujar Taufik.

Taufik mengatakan, KPI yakin produk SAF ini dapat segara dipasarkan sebagai solusi untuk program dekarbonisasi industri penerbangan. Terkait harga Bioavtur-SAF yang relatif lebih tinggi daripada avtur fosil, dikarenakan selain sebagai komoditas produk, bioavtur-SAF juga memiliki kelebihan yaitu Green House Gas emisi lingkup tiga yang lebih rendah daripada fossil fuel

“Untuk itu, diperlukan kebijakan dari pemerintah dan kerja sama lintas sektor untuk komersialisasi produk ini,” ujarnya.

Yuk gabung diskusi sepak bola di sini ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement