ESGNOW.ID, JAKARTA — Kementerian Perindustrian (Kemenperin) berkolaborasi dengan World Resources Institute (WRI) Indonesia dan Institute for Essential Services Reform (IESR) untuk menyusun peta jalan (roadmap) penurunan emisi karbon atau dekarbonisasi sektor industri.
Wakil Menteri Perindustrian (Wamenperin) Faisol Riza di Jakarta, Kamis (19/12/2024) menyebutkan, kerja sama tersebut bertujuan meningkatkan daya saing industri nasional dalam memenuhi berbagai persyaratan terkait penurunan emisi gas rumah kaca (GRK).
"Nota kesepahaman tersebut menegaskan kolaborasi strategis antarpihak dalam penyusunan kajian dekarbonisasi industri, serta kajian untuk meningkatkan daya saing industri nasional dalam memenuhi berbagai persyaratan terkait penurunan GRK, pengungkapan emisi, dan regulasi serupa baik di tingkat nasional maupun internasional,” kata dia.
Pada tahun 2024, Pusat Industri Hijau Kementerian Perindustrian mencatat pengurangan emisi GRK sektor proses industri dan penggunaan produk (IPPU) mencapai 6,92 juta ton CO2, atau berhasil melampaui target Enhanced Nationally Determined Contribution (ENDC) 2030.
Selanjutnya, peningkatan efisiensi biaya industri hijau mencapai 7,31 persen dari yang sebelumnya 6,71 persen, serta, peningkatan jumlah perusahaan industri tersertifikasi Standar Industri Hijau (SIH) setiap tahunnya yang kini menjadi 146 perusahaan, dan terdapat 25 SIH baru ditetapkan.
Country Director WRI Indonesia Nirarta Samadhi menyambut baik kolaborasi ini. Dikatakan dia, selama beberapa bulan terakhir, WRI Indonesia telah mendukung penyusunan peta jalan dekarbonisasi untuk 9 subsektor industri, yang sekaligus berkontribusi secara konkret dalam proses akselerasi dekarbonisasi industri nasional.
"Ke depannya, WRI Indonesia berkomitmen untuk dapat mendukung Kemenperin dalam memberikan rekomendasi terkait perbaikan tata kelola dekarbonisasi dan tata laksana emisi, sebagai bagian dari upaya penciptaan ekosistem industri hijau yang lebih tangguh sehingga target pertumbuhan ekonomi rendah karbon Indonesia pun tercapai," katanya.
Direktur Eksekutif IESR Fabby Tumiwa mengapresiasi kolaborasi pada AIGIS 2025. Hal itu karena kerja sama tersebut sangat penting dalam mempercepat transformasi industri menuju ekonomi hijau dalam lingkup pembangunan ekosistem industri hijau.
“Dekarbonisasi industri bukan hanya tantangan, tetapi juga peluang besar bagi Indonesia untuk menjadi pemimpin regional dalam industri rendah karbon. IESR berkomitmen mendukung kajian, pendampingan, dan rekomendasi kebijakan yang membantu industri beradaptasi terhadap standar keberlanjutan global serta meningkatkan daya saing nasional di era ekonomi sirkular, proses dekarbonisasi industri dan transformasi energi," kata Fabby.