ESGNOW.ID, MOSKOW -- Tim peneliti dari North-Eastern Federal University (NEFU) Rusia menemukan bangkai bayi mamut berusia 50 ribu tahun setelah permafrost atau lapisan tanah yang membeku di wilayah Siberia mencair. Bayi mamut yang diberi nama Yana itu seberat 100 kilogram dan tinggi 120 cm.
Para ilmuwan meyakini Yana berusia satu tahun saat meninggal. Bangkainya merupakan satu dari tujuh bangkai mamut yang ditemukan di seluruh dunia. Pada Selasa (24/12/2024), NEFU menggambarkan penemuan Yana “luar biasa” dan mengatakan penemuan ini akan memberikan para peneliti informasi baru tentang bagaimana mamut hidup dan beradaptasi dengan lingkungannya.
Yana ditemukan di antara lapisan tanah beku yang mencair di kawah Batagaika di wilayah Yakutia, Rusia timur jauh. Dikenal sebagai "gerbang menuju dunia bawah", kawah ini memiliki kedalaman 1 kilometer dan sebelumnya mengungkap sisa-sisa hewan purba lainnya termasuk bison, kuda, dan anjing .
Saat lapisan es mencair akibat perubahan iklim, semakin banyak bagian tubuh hewan prasejarah yang ditemukan. Yana akan dipelajari oleh para ilmuwan di NEFU, yang memiliki pusat penelitian dan museum khusus mamut.
Permafrost adalah tanah atau endapan bawah air yang terus menerus berada di bawah suhu 0 derajat Celcius selama lebih dari dua tahun. Ada lapisan permafrost yang tetap membeku selama lebih dari 700.000 tahun.
Sementara lapisan es yang paling dangkal memiliki batas vertikal di bawah satu meter, lapisan terdalam bisa setebal 1.500 meter. Lapisan ini biasanya ditemukan di puncak gunung yang sempit atau membentang di wilayah Arktik yang luas.
Pencairan permafrost dapat menyebabkan tanah menjadi tidak stabil, yang dapat mengakibatkan longsor tanah dan kerusakan infrastruktur. Pencairan permafrost juga dapat mengubah ekosistem lokal, mempengaruhi flora dan fauna yang bergantung pada kondisi beku.
Permafrost menyimpan karbon dalam bentuk bahan organik. Ketika permafrost mencair, karbon ini dapat dilepaskan ke atmosfer sebagai karbon dioksida dan metana, yang memperburuk perubahan iklim.