ESGNOW.ID, JAKARTA — Serangan udara Amerika Serikat terhadap fasilitas pengayaan uranium Iran pada 21 Juni lalu memicu kekhawatiran luas. Tak hanya soal dampak geopolitik dan militer, tetapi juga ancaman pencemaran lingkungan yang menyertainya.
Dikutip dari Time, Rabu (25/6/2025), kekhawatiran terbesar muncul dari potensi “fallout” atau sebaran kontaminasi radioaktif akibat hancurnya fasilitas yang diduga menyimpan lebih dari 400 kilogram uranium yang telah diperkaya. Sebagian pengamat membandingkan potensi ledakan dengan bom kotor, senjata non-nuklir yang menyebarkan material radioaktif.
Namun, para ahli nuklir internasional menilai kekhawatiran tersebut berlebihan. “Serangan terhadap fasilitas pengayaan di Iran tidak menimbulkan bahaya sebesar kecelakaan pada reaktor nuklir aktif,” ujar Prof Simon Middleburgh dari Nuclear Futures Institute, Bangor University, Inggris.
Ia menekankan, proses pengayaan uranium tidak melibatkan reaksi fisi atau pemecahan inti atom yang menyebabkan pelepasan radiasi besar. Sehingga potensi kontaminasinya lebih bersifat lokal dan tidak meluas.
Meski risiko radiasi tergolong kecil, bahaya lain justru datang dari paparan zat kimia beracun yang muncul selama proses pengayaan uranium. Seperti uranium hexafluoride, uranyl fluoride, dan hydrogen fluoride. Zat-zat ini sangat korosif dan beracun jika terhirup atau tertelan.
Bisa Berujung Bencana Besar...