Rabu 25 Jun 2025 10:44 WIB

Kondisi Keamanan di Bushehr: IAEA Soroti Ancaman Radiasi dan Toksisitas Kimia

Hingga kini tidak ada peningkatan kadar radiasi di luar lokasi serangan.

Red: Indira Rezkisari
Citra satelit dari Maxar Technologies menunjukkan jalur terowongan di Pusat Tekonologi Nuklir Isfahan di Iran, Selasa (24/6/2025) setelah serangan udara terbaru.
Foto:

Direktur Jenderal Badan Energi Atom Internasional (IAEA) Rafael Mariano Grossi dalam pernyataannya pada 23 Juni menyatakan hingga kini tidak ada peningkatan kadar radiasi di luar lokasi serangan. “Namun, perhatian utama kami adalah pada toksisitas kimia,” ujarnya.

Grossi juga memperingatkan serangan lebih lanjut khususnya terhadap Reaktor Nuklir Bushehr, yang merupakan pembangkit sipil pertama di Timur Tengah, dapat berujung pada bencana besar. “Jika reaktor terkena langsung, pelepasan radioaktivitas akan sangat tinggi,” ujarnya.

Kerusakan pada jaringan listrik penunjang bisa menyebabkan reaktor mengalami pelelehan inti (meltdown) yang memicu evakuasi besar-besaran dalam radius ratusan kilometer.

IAEA berkomitmen untuk kembali menginspeksi fasilitas yang diserang segera setelah kondisi keamanan memungkinkan. Namun, Iran sendiri sempat mengancam akan menarik diri dari Traktat Nonproliferasi Nuklir (NPT), yang selama ini menjadi landasan kerja sama dan pemantauan program nuklir global.

Para ahli mengingatkan uranium-235 yang diperkaya hingga 90 persen tetap lebih berbahaya secara fisik daripada dari sisi radioaktivitasnya. “Sebagian besar bahaya berasal dari kerusakan langsung akibat bom, bukan dari uranium itu sendiri,” kata Prof Paddy Regan, fisikawan nuklir dari University of Surrey.

Meski untuk saat ini dampak serangan dinilai masih terkendali, ketegangan yang meningkat serta potensi eskalasi lebih lanjut tetap menjadi kekhawatiran besar.

 

Yuk gabung diskusi sepak bola di sini ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement