ESGNOW.ID, JAKARTA -- Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Sri Wahyono menyarankan agar upaya pengurangan sampah perlu semakin digencarkan. Hal ini mengingat banyak tempat pemrosesan akhir (TPA) dalam kondisi penuh.
Dalam diskusi daring diikuti dari Jakarta, Selasa (7/1/2025), Peneliti Pusat Riset Lingkungan dan Teknologi Bersih BRIN, Sri Wahyono menyebut bahwa banyak TPA yang ada di Indonesia saat ini berada dalam kondisi penuh atau sudah hampir penuh. Ditambah lagi, lanjutnya, masih banyak TPA di Indonesia yang melakukan praktik open dumping atau pembuangan sampah secara terbuka yang berdampak ke lingkungan.
"Sebelum itu terjadi, sampah yang ke TPA itu harus dikurangi. Itu sebenarnya sudah biasa dilakukan di banyak daerah, cuma masifnya itu kurang," kata Sri Wahyono.
Pengurangan beban sampah yang berakhir di TPA dapat dimulai dari hulu melalui upaya pengurangan sampah dari sumbernya, termasuk rumah tangga. Di tahapan tengah, pengurangan dapat dilakukan dengan pengolahan sampah yang sudah terpilah lewat Tempat Pengolahan Sampah Reduce-Reuse-Recycle (TPS3R) atau Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST). "Sehingga, beban TPA nanti bisa lebih ringan lagi," tuturnya.
Jika langkah-langkah tersebut dapat dilakukan, maka akan mengurangi secara signifikan beban TPA dan dapat menjadikannya hanya sebagai tempat penampungan residu sampah yang tidak dapat diolah lagi. Namun, dia menyadari bahwa tidak mudah untuk melaksanakan proses tersebut. Tidak hanya membutuhkan waktu, tapi anggaran yang tidak sedikit.
Tapi, di sisi yang sama, jika tidak melakukan sesuatu, akan terjadi situasi saat ini dimana banyak TPA sudah penuh atau malah sudah tidak dapat lagi menampung sampah. "Jadi, ke depan TPA yang ada mestinya memang diperuntukkan hanya untuk residual saja," katanya.