Jumat 10 Jan 2025 12:52 WIB

Lembaga Iklim Konfirmasi 2024 Jadi Tahun Terpanas

Setiap bulan sepanjang 2024 merupakan bulan terpanas.

Rep: Lintar Satria/ Red: Satria K Yudha
Lembaga-lembaga iklim mengonfirmasi tahun 2024 merupakan tahun terpanas.
Foto: www.freepik.com
Lembaga-lembaga iklim mengonfirmasi tahun 2024 merupakan tahun terpanas.

ESGNOW.ID,  BRUSSELS -- Ilmuwan menyatakan 2024 merupakan tahun pertama suhu bumi di atas 1,5 derajat Celsius dari rata-rata masa pra-industri sepanjang tahun. Fakta ini dikonfirmasi Badan Perubahan Iklim (C3S) lembaga iklim dan cuaca Uni Eropa, Copernicus.

C3S mengatakan perubahan iklim meningkatkan suhu bumi ke tingkat yang belum pernah dialami umat manusia. "Lintasannya sangat luar biasa," kata direktur C3S Carlo Buontempo, Kamis (9/1/2025).

Baca Juga

Ia mengatakan setiap bulan sepanjang 2024 merupakan bulan terpanas atau terpanas kedua sejak pencatatan suhu mulai dilakukan. C3S mengatakan rata-rata suhu bumi pada tahun 2024 sebesar 1,6 derajat Celsius, di atas rata-rata masa pra-industri dari 1850 sampai 1900, ketika manusia belum melakukan pembakaran bahan bakar fosil yang menghasilkan emisi karbon dioksida dalam skala besar.

Tahun lalu merupakan tahun terpanas yang pernah tercatat dan sepuluh tahun terakhir merupakan satu dekade terpanas dalam catatan.

Badan prakiraan cuaca Inggris, Met Offices mengonfirmasi suhu 2024 melewati batas 1,5 derajat Celsius, meski angkanya lebih rendah dari C3S yakni 1,53 derajat Celsius. Ilmuwan Amerika Serikat (AS) juga akan merilis data iklim 2024.

Negara-negara penandatangan Perjanjian Paris 2015 berjanji membatasi suhu bumi agar tidak di atas 1,5 derajat Celsius dari masa pra-industri, sebagai upaya untuk menghindari dampak terburuk pemanasan global.

Suhu 2024 tidak melanggar target yang berdasarkan rata-rata suhu jangka panjang. Buontempo mengatakan naiknya emisi gas rumah kaca artinya target pembatasan Perjanjian Paris akan segera dilanggar. Tetapi belum terlambat untuk memangkas emisi untuk menghindari pemanasan global ke tingkat yang sangat berbahaya.  "Ini belum berakhir, kita memiliki kekuatan untuk mulai mengubah lintasan," kata Buontempo.

Kini dampak perubahan iklim dapat terlihat di berbagai benua di belahan dunia dan berdampak dari negara-negara paling kaya maupun paling miskin.

Kebakaran hutan di California pada pekan ini sudah menewaskan lima orang dan menghanguskan ratusan rumah. Bolivia dan Venezuela juga dilanda kebakaran hutan, sementara banjir melanda Nepal, Sudan dan Spanyol. Gelombang panas di Meksiko dan Arab Saudi menewaskan ribuan orang.

Perubahan iklim meningkatkan intensitas badai dan curah hujan. Sebab, atmosfer yang lebih hangat dapat menahan lebih banyak air sehingga memperkuat jatuhnya hujan. Jumlah air yang jatuh dari atmosfer tahun 2024 tembus rekor.

Namun meski semakin banyak nyawa yang hilang dan tingginya kerugian akibat perubahan iklim, sejumlah negara masih ragu dalam berinvestasi pada upaya penanggulangan perubahan iklim.

Presiden terpilih AS Donald Trump yang akan dilantik 20 Januari mendatang menyebut perubahan iklim sebagai hoaks. Padahal, ilmuwan seluruh dunia sudah menyatakan perubahan iklim dipicu aktivitas manusia dan akan menimbulkan bencana besar bila tidak segera diatasi.

Administrasi Atmofer dan Laut Nasional (NOAA) AS mengatakan sepanjang 2024, AS mengalami 24 bencana iklim dan cuaca. Kerugian yang ditimbulkan termasuk badai Milton dan Helene mencapai 1 miliar dolar AS.

Profesor tata kelola iklim global University of Bristol, Inggris, Chukwumerije Okereke mengatakan tembusnya batas 1,5 derajat Celsius seharusnya menjadi peringatan besar bagi aktor-aktor politik kunci untuk segera bertindak.

"Meski ilmuwan sudah memberikan peringatan, negara-negara masih gagal untuk memenuhi tanggung jawab mereka," kata Okereke.

C3S mengatakan konsentrasi karbon dioksida di atmosfer pada 2024 tembus rekor, mencapai 422 ppm Karbon dioksida merupakan gas rumah kaca terbanyak.

Ilmuwan di lembaga non-profit Berkeley Earth, Zeke Hausfather mengatakan ia memperkirakan 2025 juga akan menjadi salah satu tahun terpanas yang pernah tercatat. Tapi kemungkinan tidak akan menjadi yang paling panas. "Tapi tetap masuk tiga paling atas," katanya.

Fenomena alam El Nino yang menghangatkan cuaca dan iklim di awal tahun 2024 turut berperan menjadikan tahun itu sebagai tahun terpanas. Tapi tahun ini bumi akan mengalami La Nina yang mendinginkan sebagian belahan dunia.

sumber : Reuters
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement