Senin 13 Jan 2025 15:14 WIB

Angin Santa Ana Jadi Pemicu Masifnya Kebakaran di California

Perubahan iklim turut berperan dalam kebakaran hutan di California.

Rep: Lintar Satria / Red: Satria K Yudha
Kebakaran besar melanda kawasan Pacific Palisades, Los Angeles, California, Selasa (7/1/2025) waktu setempat.
Foto: AP Photo/Ethan Swope
Kebakaran besar melanda kawasan Pacific Palisades, Los Angeles, California, Selasa (7/1/2025) waktu setempat.

ESGNOW.ID,  CALIFORNIA -- Kebakaran besar di selatan California, Amerika Serikat (AS), salah satunya dipicu oleh adanya angin Santa Ana. Tiupan angin Santa Ana dengan kecepatan 112 kilometer per jam meningkatkan intensitas dan penyebaran api.

Kebakaran menghanguskan ribuan hektare lahan, jalan-jalan, dan bangunan di Los Angeles, serta memaksa lebih dari 200 ribu orang mengungsi. Meski belum memasuki musim kebakaran hutan, tapi terjadi lima kebakaran besar di utara, timur dan barat Los Angeles.

Baca Juga

Kebakaran terbesar dan paling menghancurkan yang dinamakan Palisades Fire, membakar lebih dari 20 ribu hektare lahan di barat Los Angeles. Surat kabar the New York melaporkan baru 11 persen dari kebakaran itu yang sudah berhasil dikendalikan.

Pemadam kebakaran berhasil mengendalikan 27 persen kebakaran terbesar kedua yang dinamakan Eaton Fire di utara Pasadena. Sebagian besar tiga kebakaran lainnya sudah berhasil dikendalikan.

Santa Ana berhembus ketika udara tekanan tinggi dari Great Basin yang terletak antara Pegunungan Rocky dan Sierra Nevada bertemu dengan udara tekanan rendah dari pesisir California. Pertemuan udara tekanan tinggi dan rendah ini memicu angin keras bergerak dari gurun di timur dan utara sebelah California Selatan menuju Samudera Pasifik.

Dikutip dari The Indian Express, ketika turun dari dari gunung, angin tersebut terkompresi dan memanas, dan kelembabannya menurun, terkadang hingga kurang dari 10 persen. Angin panas dan kering ini mengeringkan hutan dan memicu kebakaran hutan.

Angin Santa Ana merupakan pola iklim alami California. Biasanya berhembus dari bulan Oktober sampai Januari. "Pola cuaca musim dingin memungkinkan tekanan tinggi terbentuk di dekat permukaan Great Basin, yang kemudian bertemu dengan udara bertekanan rendah di atas pasifik," kata meteorolog Badan Cuaca Nasional (NWS) AS, Rose Schoenfeld kepada Bloomberg.

Namun, perubahan iklim turut berperan dalam kebakaran hutan di California tahun ini. Tahun lalu, negara bagian AS itu mengalami Juni dan Juli terpanas sepanjang sejarah serta bulan Oktober terpanas kedua.  

Sebagian besar wilayah California Selatan juga tidak menerima hujan sejak Juli lalu, meski setengah dari musim penghujan sudah lewat. Musim penghujan tahun itu menjadi musim penghujan paling kering di wilayah itu selama 150 tahun.

Panas luar biasa dan tidak adanya hujan mengeringkan vegetasi di sana. Ketika Santa Ana bertiup, maka hutan yang sudah kering semakin rentan terhadap kebakaran.

Dalam beberapa dekade terakhir, musim kebakaran hutan di California berlangsung lebih lama. Berdasarkan laporan organisasi perubahan iklim, Climate Central pada 2023, jumlah hari dimana kondisi cuaca membuat kebakaran hutan semakin rentan (hari cuaca kebakaran) di California, naik dua kali lipat lebih banyak dibandingkan awal tahun 1970-an.

Berdasarkan penelitian yang dipublikasikan di jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences, pada tahun 2021 kondisi yang lebih hangat dan kering meningkatkan jumlah hari cuaca kebakaran di California hingga 66 hingga 90 persen.

Kebakaran hutan juga menjadi lebih intens. Menurut studi tahun 2023 yang dipublikasikan dalam PNAS, 10 kebakaran hutan terbesar di California terjadi dalam 20 tahun terakhir, dengan lima di antaranya terjadi pada tahun 2020.

Studi lain yang diterbitkan di jurnal Nature pada tahun 2023, yang menganalisis kebakaran hutan antara tahun 2003 dan 2020, mencatat frekuensi pertumbuhan kebakaran hutan ekstrem (lebih dari 10.000 acre) di California, naik 25 persen dibandingkan dengan masa pra-industri.

Semua fenomena ini dipicu perubahan iklim. Kenaikan suhu global menyebabkan musim semi dan musim panas yang lebih hangat, serta pencairan salju musim semi yang lebih awal. Kondisi-kondisi ini menyebabkan musim kering yang lebih panjang dan lebih intens, memberikan tekanan kelembapan yang lebih besar pada vegetasi dan membuat hutan lebih rentan terhadap kebakaran. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement