ESGNOW.ID, JAKARTA — Akademisi Universitas Katolik Soegijapranata Hotmauli Sidabalok mengingatkan permasalahan yang terjadi di pesisir dapat mengakibatkan perpindahan domestik atau pengungsi internal akibat berkurangnya daratan karena banjir rob. Banjir rob dan abrasi menyebabkan mundurnya daratan, yang pada akhirnya bisa menyebabkan internal displacement persons atau pengungsi internal.
"Mereka bukan orang yang berpindah antara negara karena perubahan iklim, tapi mereka berpindah ke tempat basah ke tempat kering. Habis itu sekitar beberapa tahun lagi airnya naik, pindah lagi, cari ke tempat kering, ini problem yang terbaru," kata Hotmauli dalam diskusi daring yang diadakan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) di Jakarta, Jumat (24/1/2025).
Khusus dalam kasus di pesisir utara Jawa Tengah, Hotmauli mengatakan terdapat beberapa faktor, mulai dari kondisi alami sifat pesisir mengakibatkan pembangunan di area dengan kondisi tanah yang mudah turun mengakibatkan air lebih cepat masuk ke daratan.
Doaen Program Magister Lingkungan dan Perkotaan tersebut mengatakan, ekstraksi air bawah tanah secara berlebihan, juga berpengaruh terhadap kenaikan air laut ke daratan, ditambah dengan adanya krisis iklim.Tidak hanya itu, dia juga menyoroti belum maksimalnya tata kelola pesisir.
Kondisi tersebut dapat mengakibatkan adanya fenomena ketidakadilan iklim, kata dia, dimana orang yang memiliki kemampuan dapat berpindah atau meninggikan infrastruktur rumah atau jalan untuk menghindari kenaikan air laut.
Di sisi lain, orang yang tidak memiliki pendanaan yang cukup harus menghadapi kenyataan tempat tinggal mereka semakin sempit akibat kenaikan air laut, ditandai dengan banjir rob yang semakin luas.
Oleh karena itu, dia mendorong adanya keadilan lingkungan dimana paling tidak dilakukan langkah mitigasi yang meminimalkan dampak yang ada. Langkah tersebut, katanya, harus mempertimbangkan kelompok rentan yang berada di pesisir.
"Kelompok masyarakat pesisir ini adalah orang-orang yang sekarang penting, menjadi salah satu kelompok yang harus ditanya, mereka maunya apa," kata Hotmauli.