Sabtu 02 Aug 2025 16:14 WIB

Antisipasi Karhutla, Pemerintah Gencarkan Operasi Hujan Buatan di Kalbar

Operasi modifikasi cuaca diintensifkan saat awan hujan cukup.

Red: Friska Yolandha
Dua anggota Masyarakat Peduli Api (MPA) menyemprotkan air ke lahan gambut yang terbakar di Parit Haji Muhsin di Desa Sungai Raya Dalam, Kecamatan Sungai Raya, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, Jumat (26/7/2024). Pemkab Kubu Raya menetapkan status tanggap darurat bencana asap akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) terhitung 25 Juli hingga 7 Agustus 2024, setelah terjadi karhutla dengan total luas 65 hektare di tiga kecamatan yaitu Sungai Raya, Sungai Kakap, dan Rasau Jaya.
Foto: ANTARA FOTO/Jessica Wuysang
Dua anggota Masyarakat Peduli Api (MPA) menyemprotkan air ke lahan gambut yang terbakar di Parit Haji Muhsin di Desa Sungai Raya Dalam, Kecamatan Sungai Raya, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, Jumat (26/7/2024). Pemkab Kubu Raya menetapkan status tanggap darurat bencana asap akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) terhitung 25 Juli hingga 7 Agustus 2024, setelah terjadi karhutla dengan total luas 65 hektare di tiga kecamatan yaitu Sungai Raya, Sungai Kakap, dan Rasau Jaya.

ESGNOW.ID, PONTIANAK — Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) bersama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melakukan operasi modifikasi cuaca guna menekan risiko kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Kalimantan Barat.

"Kami menerapkan sistem prediksi berlapis sejak enam bulan sebelum musim kemarau untuk mengantisipasi potensi karhutla di wilayah rawan," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati di Pontianak, Sabtu (3/8/2025).

Baca Juga

Dwikorita menjelaskan, prediksi berlapis dilakukan mulai enam bulan sebelumnya, diperbarui setiap bulan, hingga prediksi tujuh harian dan sepuluh harian. "Dengan demikian, kami dapat mengetahui secara pasti wilayah mana saja yang berpotensi mengalami kebakaran," ujarnya.

Berdasarkan prediksi terbaru, wilayah Kalimantan Barat saat ini berada dalam puncak potensi kebakaran. "Hari ini hampir seluruh wilayah berstatus merah. Karena itu, kami berkoordinasi sedini mungkin dengan Kepala BNPB dan Menteri LHK untuk menyiapkan strategi modifikasi cuaca," tuturnya.

Ia menekankan, operasi modifikasi cuaca hanya dapat dilakukan jika terdapat awan-awan hujan yang cukup. Untuk itu, BMKG terus memantau pertumbuhan awan secara intensif.

"Jika awan hujan tidak tumbuh, modifikasi cuaca tidak bisa dilakukan. Dalam kondisi demikian, BNPB dan KLHK melakukan pendekatan lain untuk menanggulangi karhutla," katanya.

Dwikorita menambahkan, dalam beberapa hari terakhir, pihaknya berhasil melaksanakan operasi modifikasi cuaca secara intensif hingga malam hari berkat dukungan kondisi awan yang memadai. "Alhamdulillah, hujan turun dan membantu menekan titik api. Namun, puncak potensi karhutla masih akan meningkat lagi pada 7 hingga 8 Agustus mendatang. Segala persiapan tengah kami lakukan," ujarnya.

Koordinasi antara BMKG, BNPB, dan KLHK dinilai menjadi kunci dalam meningkatkan efektivitas penanganan karhutla, yang dalam beberapa pekan terakhir kembali melanda sejumlah kabupaten di Kalimantan Barat, termasuk Ketapang, Sanggau, dan Kubu Raya.

"Pemerintah daerah dan masyarakat juga diimbau untuk terus waspada, tidak melakukan pembakaran terbuka di lahan pertanian, serta aktif melaporkan potensi kebakaran kepada pihak berwenang," pungkas Dwikorita.

 

sumber : ANTARA
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement