Jumat 01 Aug 2025 15:38 WIB

BNPB: Banjir dan Angin Kencang Saat Kemarau, Waspadai Anomali Cuaca

Cuaca ekstrem di musim kemarau jadi peringatan penting bagi pemerintah daerah.

Red: Friska Yolandha
Warga melintasi jalan yang tergenang banjir di Kelurahan Tanjung Agung, Kecamatan Sungai Serut, Kota Bengkulu, Provinsi Bengkulu, Senin (23/1/2023).
Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Izfaldi
Warga melintasi jalan yang tergenang banjir di Kelurahan Tanjung Agung, Kecamatan Sungai Serut, Kota Bengkulu, Provinsi Bengkulu, Senin (23/1/2023).

ESGNOW.ID, JAKARTA — Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menilai peristiwa banjir dan angin kencang di tiga provinsi beberapa hari terakhir yang sudah masuk puncak musim kemarau, merupakan gejala anomali cuaca yang harus diwaspadai pemerintah daerah dan masyarakat.

"Bencana hidrometeorologi basah terjadi di tengah musim kemarau, kepada seluruh pemerintah daerah dan masyarakat untuk selalu waspada dan meningkatkan kesiapsiagaan," kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari di Jakarta, Jumat (1/8/2025).

Baca Juga

Dia menjelaskan bahwa peristiwa bencana hidrometeorologi basah itu mengakibatkan pemukiman terendam, infrastruktur rusak, serta puluhan rumah terdampak yang terjadi di Provinsi Bengkulu, Sumatera Selatan, dan Jawa Tengah.

BNPB mencatat banjir di Kabupaten Seluma, Bengkulu terjadi setelah hujan dengan intensitas sangat deras mengguyur wilayah tersebut sejak Kamis (31/7) malam dini hari.

Dari peristiwa itu sebanyak 206 unit rumah termasuk satu kantor desa, satu balai desa, lima akses jalan, satu fasilitas pendidikan, dan satu jembatan gantung yang putus masing-masing tersebar di Kecamatan Sukaraja, Air Periukan, Lubuk Sandi, Seluma Barat, Seluma dan Seluma Utara.

Abdul menjabarkan bahwa pada hari yang sama hujan deras juga membuat debit air sungai meluap hingga membanjiri Kecamatan Baturaja Timur dan Baturaja Barat di Kabupaten Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan.

Tim reaksi cepat BPBD Ogan Komering Ulu (OKU) menangani sebanyak 82 kepala keluarga atau 322 orang warga terdampak banjir itu, sementara di saat bersamaan petugas juga menangani kebakaran lahan.

"Lalu sehari sebelumnya, pada Rabu (30/7) cuaca ekstrem berupa angin kencang menerjang Kabupaten Rembang, Jawa Tengah," kata dia.

Berdasarkan data yang diterima tim BNPB melaporkan angin kencang tersebut mengakibatkan sebanyak 41 rumah warga di Kabupaten Rembang rusak. Dimana saat ini warga bersama tim petugas gabungan masih melakukan pembersihan material dan perbaikan rumah secara bergotong royong.

Abdul mengungkapkan bahwa dari rentetan kejadian tersebut membuktikan langkah mitigasi seperti pembersihan drainase, pemangkasan pohon rapuh, mutlak untuk diperkuat berbarengan aktivitas sosialisasi pelarangan pembukaan lahan dengan dibakar guna meminimalkan risiko di tengah puncak musim kemarau Juli-Agustus ini.

sumber : ANTARA
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement