Sabtu 08 Feb 2025 15:00 WIB

Rentetan Gempa Guncang Santorini,  Pembangunan Berlebihan Jadi Penyebab

Aktivitas seismik dapat berlangsung selama berpekan-pekan.

Rep: Lintar Satria/ Red: Satria K Yudha
Sebuah kolam renang kosong terlihat di antara sekelompok bangunan di tepi tebing di kota Oia, di pulau Santorini yang dilanda gempa, Yunani, pada Selasa, 4 Februari 2025.
Foto: AP/Petros Giannakouris
Sebuah kolam renang kosong terlihat di antara sekelompok bangunan di tepi tebing di kota Oia, di pulau Santorini yang dilanda gempa, Yunani, pada Selasa, 4 Februari 2025.

ESGNOW.ID,  SANTORINI -- Pakar mengatakan ratusan gempa kecil yang mengguncang destinasi wisata Pulau Santorini, Yunani, pada pekan ini menimbulkan kekhawatiran mengenai dampak pembangunan selama satu dekade terakhir. Akan tetapi, belum ada laporan kerusakan serius di pulau yang dikelilingi batu terjal itu.

Para ilmuwan memperingatkan aktivitas seismik dapat berlangsung selama berpekan-pekan. Mereka juga tidak membuang kemungkinan adanya gempa yang lebih besar.

Baca Juga

Beberapa pakar sudah mempertanyakan dampak dari upaya mengubah pulau kecil yang berisi desa-desa kecil kuno menjadi salah satu destinasi wisata paling populer di Eropa.

"Mereka ingin membangun pulau dan tidak memperhatikan isu lingkungan dan keamanan," kata profesor geologi University of Athens Dimitris Papanikolaou yang juga mantan kepala Organisasi Perencanaan dan Perlindungan Gempa Bumi Yunani, Jumat (7/2/2025).

Ia mengatakan,’hotel-hotel dengan kolam renang dan jacuzzi dibangun di lereng Santorini yang rawan longsor. Pulau yang tanah vulkaniknya lunak dan tidak stabil. "Tidak boleh ada yang dibangun di zona ini, di zona berbahaya selama aktivitas seismik berlangsung," katanya.

Rentetan gempa memaksa pemerintah Yunani mendeklarasikan masa darurat. Pemerintah juga menutup sekolah dan, mengerahkan tentara. Sementara ribuan orang dievakuasi dengan pesawat dan kapal feri.

Pihak berwenang Yunani memperingatkan lima daerah rawan longsor termasuk pelabuhan utama Santorini. Pemerintah juga menutup wilayah sepanjang kaldera, tepi gunung berapi kuno yang sisi-sisinya masuk ke dalam perairan Laut Aegea.

Pariwisata berlebihan juga dikhawatirkan mengakibatkan mengurangi pasokan air dan membuat Yunani terlalu padat. Santorini merupakan contoh ekstrem. Terdapat jutaan orang mengunjungi jalan-jalan berbatu bercat putih dan bangunan-bangunan berkubah biru setiap tahun.

Bencana alam bukan hal baru bagi Santorini yang terbentuk dari erupsi vulkanik pada 1600 sebelum masehi. Pulau itu pernah mengalami gempa menghancurkan pada tahun 1956. Pulau itu mengalami pembangunan besar-besaran pada tahun 1980-an untuk menarik wisatawan.

Sebelum ratusan gempa mengguncang pulau itu, pakar sudah mendesak adanya penelitian untuk mencari tahu apakah bangunan-bangunan di pulau itu perlu diperkuat.

Pada 2021, Hellenic Society for Environment and Cultural Heritage merilis laporan yang mengatakan terdapat kebutuhan mendesak untuk melakukan penelitian rekayasa tanah untuk memperkirakan keamanan bangunan-bangunan di kaldera.

Berdasarkan data lembaga penasihat teknis pemerintah Yunani, Technical Chamber of Greece, sebagian bangunan di Santorini tidak memiliki izin. Hampir seperempatnya merupakan bisnis pariwisata. "Sangat penting untuk segera memeriksa pembangunan acak yang dilakukan di kaldera," katanya.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement
Advertisement
Advertisement